Sabtu, 21 Mei 2011

OSPEK Cinta


Pada sabtu pagi, “Tejo…., kamu dipanggil kak Rina!”, kata teman satu reguku, namanya Iwan. Kutoleh Iwan, dalam hatiku, ada apa lagi ini, kenapa aku dipanggil Rina, seorang kakak tingkat yang terlihat smart, manis dan sedikit angkuh.
“Ada apa? Hanya aku yang di panggil?”, tanyaku kepada Iwan, kemudian Iwanpun menjawab, “Iya, kamu thok “ (dengan logat Jawa yang khas, maklum, dia penduduk local). “cepet lho!”, sahutnya lagi.
Dengan bergegas akupun segera menghampiri Rina, yang saat itu terlihat sangat manis dengan baju pink kotak-kotaknya. Oh iya, ampe lupa, kejadian ini terjadi pada bulan Agustus di salah satu kampus di Solo waktu awal kuliah, OSPEK, ajang balas dendamnya kakak tingkat (menurutku).
Aku sendiri orang luar Solo, aku dari Palembang, sedang Rina kakak tingkatku itu dari Makasar.
“Ada apa kak?” , tanyaku ketika sudah sampai di depan Rina, sang senior.
“Apaan ini?”, sambil menyodorkan tugasku yang ku kumpulkan baru saja, Rina menggertak. Tugasku hari itu adalah membawa sawo matang yang masih ada tangkai dan daun satu lembar serta membawa jeruk dengan warna kulit setengah hijau dan setengah kuning. Karena kebingungan, aku mengakalinya dengan memasangkan lidi sebagai tangkai sawo yang ku lem dengan sebuah daun sawo, supaya lebih terlihat asli tangkainya aku cat dengan warna coklat, sedang jeruk aku beli yang warna kuning lalu separonya aku beri warna hijau, kreatif sih…
“Anu kak, itu kan tugas kemaren?”, jawabku sekenanya. Aku masih ingat waktu hari jum’at sebelumnya aku dihukum gara-gara terlambat, aku harus lari keliling kampus, busyet dah, capek rasanya badan ini, pulangnya jam 5 sore lagi, mana sempat cari bahan?
“Tugasnya kan sawo dengan tangkai plus daun!, ini juga, jeruk apaan nih?”, tegas Rina
“Kan memenuhi syarat kak?”, bantahku. Rina terdiam sesaat, mungkin dia membenarkan ucapanku tadi, karena memang tidak ada sih yang seperti itu di pasaran.
“Ya udah, kamu sekarang jalani hukuman aja, daripada kamu bantah terus!”, hardik Rina, yang diperkuat temannya Risty, anak Brebes yang juga seniorku.
“Siap kak!”, dengan lantang kuucapkan itu, tapi dalam benakku berkata, ternyata Rina tambah manis kalo sedang berdebat gini. Dalam hatiku aku ingin memilikinya, pasti, suatu hari nanti….
“Hukumanmu adalah mendekap pohon kayu putih sambil berteriak, Aku Mencintaimu!”, “Cepat laksanakan!”, kali ini Risty yang menyuruh.
“Busyet!”, gumamku, mana mungkjin aku melakukannya? Lalu kulirik Rina, dia hanya tersenyum mengiyakan, yach akhirnya aku dipermalukan hari itu.
Bulan berlalu, aku mencoba mendekati Rina, sang senior, dengan cara meminjam buku semester 1, alasanku untuk belajar. Dia mengiyakan dan memintaku datang ke kosnya, lalku akupun mendatangi kos dan inilah langkah pertamaku.
Bulan berlalu menjadi tahun, tahun-tahun berlalu, ternyata perasaan sukaku kepada Rina makin besar, hal ini ku diskusikan dengan Iwan temanku, dia mengatakan padaku kenapa tidak ditembak aja? Akupun mengiyakan ide itu.
Untuk lebih dekat, maka aku mencoba berpindah kos ke dekat kos Rina, setiap hari aku amati dia, dan tentunya sambil atur strategi.
Suatu hari, aku nongkrong dengan warga kampong tempat kosku memainkan gitar, kebetulan didekat warung depan kos Rina, kunyanyikan lagu Ebiet G. Ade, yang syairnya diantaranya seperti ini.
“…….Mengapa aku masih duduk disini, sedang kau tepat didepanku…. Harusnya aku berdiri berjalan kedepanmu, kusapa, lalu ku isyaratkan cinta….”, pas syair itu terucap,  kebetulan dia lewat didepanku, kaget jadinya. Tetapi dia cuek, diapun bergegas masuk kosnya.
Suatu malam setelahnya, aku beranikan diri ke kosnya untuk ungkapkan rasa ini, ternyata ada tamu cowok datangi dia, yach, kecewa dech…. Tapi aku tak mudah menyerah, lalu aku coa lagi dua malam setelahnya, apa yang kutemui? Cowok datang ke kos dia untuk ucapkan cinta dengan membawa bunga, waw… romantic nih, sambil kecewa aku tetap menemani mereka, dan akhirnya ada jawaban Rina untuk cowok itu, “Tidak!”. Akupun penasaran, kenapa dia menolak cowok itu?
Seminggu setelahnya aku datang lagi, ada cowok lain lagi, tapi tetap kutemani mereka sambil ngobrol, cowok itu lalu pamit pergi, “inilah kesempatanku”, gumamku lirih.
“Ada perlu apa Jo malam-malam datang kesini?”, Tanya Rina.
Kujawab saja dengan spontan, “ada yang ingin kusampaikan padamu, tapi jangan marah dan jangan membenciku ya?”
“Apaan sih?”, Rina Penasaran
“Kamu dah punya pacar?”, tanyaku lagi
“Emang kalo udah punya kenapa, dan kalo belom punya kenapa?”, jawabnya diplomatis.
“Gak papa sih. Aku Cuma mo ungkapkan perasaan ini padamu, selama ini aku ternyata sangat mengharapkanmu untuk menjadi special dihatiku, sejak kita bertemu, sejak kamu hokum aku di OSPEK itu, aku MENCINTAIMU!”, ucapku
“Apa?”, gak mungkinlah…..
“Tidak percaya silakan, tapi itu kenyataannya, gimana, mau?”, tanyaku pada Rina
“Hmm, gimana ya? Aku piker dulu ya barang dua atau tiga hari!”, jawabnya
Setalah beberapa saat kami ngbrol lagi, akupun pamit pulang karena sudah jam 9 malam.
Sehari berlalu tanpa jawaban, dua hari berlalu tanpa jawaban, dan pada hari ketiga kunyanyikan lagu sendu….
“Tiga malam ku mencarimu, tiga malam hatiku sunyi…. Kemanakah kau saying, kuharapkan lekas kau datang…”, dan ternyata belum selesai aku menyanyikan lagu itu kulihat Rina datang menghampiriku, lalu dia mengajakku duduk santai di kosnya, dia ingin katakana sesuatu padaku, tapi entah apa itu.
Sebelum dia mengatakan itu, aku dahului dengan bertanya kepadanya, “Bagaimana jawabanmu?, aku tidak akan memaksa, kamu yang menentukan jawaban itu!”. Dia menatapku dengan senyum khasnya, lalu mengangguk. Aku tidak percaya akan anggukannya itu, lalu kutanyakan padanya, “Mau?”.
Dengan lirih dia menjawab, “Mau…!”
Mulai saat itulah cinta diantara mereka menyatu, tidak ada halangan dan rintangan yang menghalangi, merekapun hidup bersama dalam cinta dan kebahagiaan.
CINTA MEREKA TIDAK AKAN LEKANG OLEH PANAS, TIDAK AKAN LAPUK OLEH HUJAN DAN TIDAK AKAN GOYAH OLEH BADAI, CINTA MEREKA  ABADI….. seperti abadinya salju di Himalaya.

4 komentar:

  1. akankah cinta abadi itu kan bertahan selamanya?meski tembok cina yg menjulang tinggi dan kokoh menghadangnya?sanggupkah mereka mempertahankan keabadian cintanya?

    BalasHapus
  2. Cinta mereka adalah cinta sejati, yang tetap hidup dihati mereka, walau keadaan sudah jauh berbeda sekarang, tetapi memang itulah keadaan yang nyata, semoga.... amin.....

    BalasHapus
  3. tidakkah hanya merana saja mencintai tanpa bs memiliki?

    BalasHapus
  4. merana.... merana... begitulah cinta, jika tiada saling memiliki, tapi tetap ada selamanya didalam hati... lucu ya?

    BalasHapus

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...