Kamis, 26 April 2012

Kisah Tejo dan Parjo


Ada dua anak  bernama Tejo  dan Parjo.  Tejo mempunyai sifat  periang,  selalu  gembira  dan  tersenyum.  Sebaliknya  Parjo  mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih, dan jarang tersenyum.
Suatu  ketika orang  tua mereka  berpikiran untuk  membuat  Parjo tersenyum gembira  dan membuat  Tejo  menjadi sedih  cemberut dan  sedih. Mereka  lalu berpikir untuk memberikan sesuatu yang menjadi kesukaan masing-masing anak.
Parjo sudah sejak lama menginginkan  telepon genggam.  Selama ini  jika pergi  dengan teman -temannya sering kali ia meminjam  telepon genggam milik temannya. Orang  tuanya membelikan sebuah telepon genggam terbaru supaya dia menjadi senang dan gembira.
Sewaktu Parjo pergi  sekolah, telepon genggam  itu dibungkus oleh  orang tuanya dengan kertas  kado yang  bagus dan  diletakkan di  kamarnya. Sepulang  sekolah, Parjo  segera masuk  ke kamar  dan melihat  ada kado  di sana.  Cepat-cepat ia membuka kado itu  dan ia terkejut  sekali ketika mendapatkan  di dalamnya berisi telepon genggam. Wajahnya  tersenyum, tapi tidak  lama. Kemudian ia  murung  karena ia takut kalau-kalau teman-temannya akan meminjam telepon genggamnya lalu menjadi rusak. Di benaknya selalu muncul pikiran yang negatif, sehingga kado itu menjadi beban  baginya. Yang  keluar dari  mulutnya adalah  omelan dan  keluhan, bukannya ucapan terima kasih kepada orang tuanya.
Di  pihak lain,  Tejo senang sekali  dengan kuda.  Orang tuanya  membungkus kotoran  kuda dan  diletakkan dalam  kamar agar  ia menjadi  sedih dan  murung. Sewaktu  Tejo pulang  ia juga  terkejut melihat  ada kado  di kamarnya.  Dengan sigap ia membuka pula kado itu. Betapa terkejutnya ia, ternyata yang didapatkan adalah kotoran kuda berbau busuk. Mukanya kebingungan sejenak. Tetapi ia  segera berpikir, "Ah masa orang tuaku yang begitu mencintaiku memberi aku kotoran kuda, pasti ada sesuatu di balik hadiah ini."
Kemudian ia  lari kepada  orang tuanya  dan mencium  mereka. Orang tuanya sangat bingung dan terkejut  kemudian bertanya, "Lho  kamu itu diberi  kotoran kuda kok senang sih?".
Lalu Tejo menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian sangat mencintai saya, jadi tidak  mungkin memberi kotoran  kuda kepada saya,  pasti kotoran kuda itu adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda, berarti ada kudanya. Saya  tahu bahwa kalian akan membelikan kuda pony buat saya, dan sekarang mana kudanya?"
Kemudian orang tuanya berkata, "Kami hanya memberi itu kepada kamu."
Tejo menyahut, "Tidak mungkin saya yakin pasti ada kudanya."
Akhirnya orang tuanya kalah, dan membelikan dia kuda pony.
Kesimpulannya adalah Orang  yang hidupnya  merasa  sangat  dicintai akan  selalu berpikir bahwa  ia selalu  akan menerima  yang terbaik  dalam hidupnya, walaupun dalam penderitaan. Sebaliknya orang yang pesimis merasa hidup ini menjadi  beban penderitaan  yang  sangat  panjang,  sehingga  ia  selalu  gelisah,  takut,  dan khawatir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...