Rabu, 20 Juni 2012

Ikatan Asa

Pada suatu hari, Tejo berjalan-jalan di Jogja. Dia melihat hiruk pikuk kota Jogja, kemudian dia berpikir, ini baru Jogja, what happen with Jakarta as Capitol?
Dalam pikiran Tejo muncullah sebuah harapan, bahwa kota besar tidaklah semrawut dengan segala keadaan yang teratur. Tejo melihat pembangunan disana-sini, tetapi dia juga melihat akibat dari perkembangan kota dengan terbentuknya Urban Society, dimana mereka menjadi masyarakat yang terpinggirkan oleh keadaan dengan semua keterbatasan yang ada.
Memang, dalam sebuah peningkatan pasti akan ada resiko yang akan dihadapi, barangsiapa tidak berani akan resiko yang akan ditempuh, maka mereka akan menjadi golongan yang terpinggirkan oleh perkembangan itu sendiri. 
Tejo kemudian melanjutkan perjalanannya lagi, dia melihat kali Code yang membelah kota Jogja, kemudian dia melihat dimana ada bangunan bagus, disana terdapat limbah yang sangat tidak sedap dimata. Pertanyaan kemudian muncul di kepala Tejo, benarkah pembangunan harus merubah fungsi alam?
Jika Iya, maka alam akan mengabaikan manusia dengan dampak terhadap kontrol kesehatan dan kelestariannya, yang juga akan berdampak pada manusia terpinggirkan itu sendiri. Tetapi jika tidak, maka dimanakah buktinya?
Suatu saat Tejo melongok ke pasar Beringharjo, disana sangat jelas perbedaan antara orang yang mempunyai peran sebagai Kapitalis, Konsumeris dan Urban Society. Kaum kapitalis dan konsumeris dengan baju necis mengobral uang demi berburu barang yang sebenarnya tidak penting dengan bangganya, sedang kaum Urban hanya melihat dengan tatapan memelas, dan kadang mereka hanya bisa menyesali hidupnya yang serba dalam kekurangan. Ada yang kemudian demi meraih mimpi mereka menjual harga dirinya dengan menjadi manusia penjual jasa kenikmatan, mengemis dan kadang malah membawa  senjata tajam merubah dirinya menajdi orang yang "merasa kuat", dengan membuat jaringan dengan rang urban yang sejenis.
Di luar pasar sudah terlihat pedagang yang menjadi Urban Society dan Kapitalis, dimana kaum kapitalis dengan sangat leluasa berdagang di tempat yang tentu mereka sewa/beli dengan harga tinggi, sehingga mereka juga akan menempati tempat yang pantas, sedangkan kaun urban hanya mampu menempati pinggiran jalan, dengan terik yang selalu menerpa saat panas dan air hujan yang mengguyur saat hujan melanda. 
Tejo mulai mengangankan sebuah ide, jika ada pembagian yang jelas dari Tuhan tentang manusia, itulah memang keadaannya, tetapi jika manusia bisa berusaha untuk mengubahnya, kenapa tidak?
Kapankah ada keselarasan antara pembangunan dan masyarakat yang ada didalamnya, sehingga tidak ada GAP antara Kapitalis dan Urban Society? Wallahu a'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...