Selasa, 12 Februari 2013

Valentine Day dalam Perspektif


Memasuki bulan februari di Negara islam terbesar (Indonesia) yang berpenduduk ± 220 juta jiwa, mayoritasnya menganut agama islam ada suatu pemandangan yang menimbulkan tanda tanya besar bagi setiap muslim.
Toko-toko swalayan menyediakan; bunga- bunga berwarna merah, kartu-kartu ucapan selamat yang umumnya berlogo cheo pad (dewa cinta dalam keyakinan romawi kuno), hotel-hotel dan restoran mewah menyediakan paket valentine, siaran radio dan televisi disusun sedemikian rupa untuk memeriahkan hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 februari.
Apakah ini tradisi islam? Kalau tidak, kenapa orang yang mengaku dirinya beragama islam ikut merayakannya? Lalu apa solusinya sehingga umat mayoritas tidak mengekor kepada umat minoritas? Uraian berikut mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
Sejarah hari valentine:
Beberapa referensi menjelaskan bahwa hari valentine adalah hari kasih sayang bangsa romawi yang menganut Animisme yang dirayakan semenjak 17 abad yang silam, sebagai ungkapan kasih sayang dewa.
Peringatan ini berasal dari sebuah legenda bahwa Romelius pendiri kota Roma disusui oleh seekor serigala sehingga ia tumbuh menjadi orang yang berbadan kuat dan berakal cerdas.
Maka bangsa Romawi mengabadikan peristiwa tersebut pada pertengahan bulan Februari dengan prosesi perayaan sebagai berikut:
"Seekor anjing dan domba disembelih, lalu dipilih dua orang perjaka yang berbadan tegap untuk dilumuri tubuhnya dengan darah anjing dan domba. Setelah dilumuri darah anjing dan domba mereka dimandikan dengan air susu. Lalu diarak keseluruh penjuru kota sambil memegang cambuk yang terbuat dari kulit. Di sepanjang jalan para wanita romawi menyambut hangat lesatan cambuk ke tubuhnya, karena diyakini berkhasiat menyembuhkan penyakit dan mudah mendapat keturunan".
Hubungan Valentine dengan perayaan tersebut adalah sebagai berikut:
Valentine adalah nama seorang penganut Kristen yang dibunuh oleh Claudius pada tahun 296 M. melalui sebuah penyiksaan karena dia pindah agama dari seorang penganut Animis Romawi menjadi seorang Kristiani.
Setelah bangsa Romawi memeluk agama Kristen mereka tidak membuang tradisi Animis tersebut tetapi menggantinya dengan memperingati hari kematian Valentine sebagai tokoh penyebar cinta dan damai dan prosesi peringatannya dimodifikasi menjadi:
"Mereka membuat sebuah perkumpulan massa, lalu menulis nama-nama wanita yang telah memasuki umur nikah pada lembar kertas, lalu digulung. Kemudian dipanggil seorang pemuda untuk mengambil satu kertas dan membukanya. Nama wanita yang tertulis dikertas tersebut akan menjadi pasangannya selama setahun, andai setelah satu tahun hidup bersama tanpa nikah mereka merasa serasi mereka melanjutkannya dengan pernikahan. Andai tidak ada keserasian maka pada hari valentine tahun mendatang mereka berpisah".
Perayaan ini ditentang oleh para tokoh agama saat itu dan mereka mengeluarkan larangan memperingatinya karena dianggap merusak akhlak para pemuda dan pemudi.
Tidak ada informasi yang jelas tentang siapa yang menghidupkan kembali tradisi ini. Beberapa cerita mengungkapkan bahwa di Inggris orang-orang memperingatinya sejak abad XV M.
Sikap seorang muslim terhadap hari valentine:
1.      Dari asal-usulnya kita ketahui bahwa perayaan hari valentine adalah suatu upacara suci orang-orang Romawi yang Animis sebagai ungkapan cinta kepada dewa mereka.
2.      Kemudian umat kristen Romawi mengadopsi tradisi ini dengan merayakan kematian Valentine sebagai lambang penebar cinta dan damai, akan tetapi itu cuma slogan karena prosesi perayaannya tak lebih dari kesempatan mencari pasangan haram untuk setahun kedepan bagaikan kucing yang mencari pasangannya untuk musim kawin di bulan Februari. Dan ini bertentangan dengan ajaran Kristen sehingga para pendeta melarangnya. Wahai umat islam sadarlah! perayaan valentine adalah bid'ah dalam agama Kristen dan dilarang untuk dirayakan pada awal masanya oleh para pendeta. Kenapa anda mau menghidupkannya kembali? Sungguh para pendeta tersebut lebih berakal daripada orang yang mengaku islam akan tetapi ikut merayakannya.
3.      Sebagain besar umat islam yang ikut merayakan valentine dengan saling berkirim kartu ucapan valentine atau menghadiahkan bunga mawar atau saling berkirim surat cinta atau ikut mengadakan atau hanya sekedar menghadiri acaranya. Umumnya mereka mengajukan alasan sebagai berikut:
a.       Para pemuda-pemudi beralasan bahwa mereka hanya memanfaatkan kesempatan valentine untuk mencari pasangan hidup yang setia.
b.      Para pria dan wanita yang sudah berumah tangga beralasan bahwa hari valentine adalah kesempatan untuk melanggengkan rumah tangga dengan saling mengungkapkan rasa cinta.
c.       Orang-orang yang memiliki teman sejawat, sekantor, seprofesi yang beragama Kristen Untuk para pemuda dan pemudi islam yang kehilangan jati diri! perayaan valentine bukanlah hari baik untuk mencari jodoh, karena ia merupakan perayaan syirik, walaupun anda mendapatkan pasangan setia saat itu di dunia sungguh dia bukan pasangan anda sejati, apalagi nanti di akhirat (mungkin juga di dunia) anda dan dia akan saling bermusuhan, karena pasangan yang sejati adalah pasangan yang bertakwa dan orang –orang bertakwa tidak akan mau menghadiri perayaan syirik semacam itu.Untuk Pasutri muslim yang lentera cintanya mulai redup! Memanfaatkan kesempatan syirik hanya akan memadamkan lentera cinta anda yang mulai redup dan akan menyulut api yang akan membakar rumahtangga anda.  Untuk muslim dan muslimat yang tidak kenal lawan dan kawan! Allah tidak melarang anda untuk berteman dengan orang diluar islam, akan tetapi Allah melarang anda menaruh rasa cinta terhadap mereka dan lebih parah lagi jika anda mengungkapkannya dalam bentuk berkirim kartu atau hadiah di kesempatan syirik itu. Allah taala berfirman:
4.      Realita banyaknya umat islam yang ikut merayakan hari kasih- sayang ini sangat mengherankan padahal dalam agama islam telah menjelaskan secara lengkap tentang cara memelihara dan menuai cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta kepada sesama muslim dan muslimat. Mereka bagaikan 'Bani Israel' yang menukar makanan dari langit dengan ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah, sungguh barter yang sia-sia.
Hal itu hanyalah Adopsi kebudayaan yang jelas bertentangan dengan agama Islam, dengan sikap sentimentalis berlebihan. Sentimentalitas adalah salah satu cacat karakter yang paling umum pada orang-orang yang mengadopsi cara hidup dan moralitas bertentangan dengan agama. Namun sentimentalitas bukan karakter bawaan lahir seseorang yang tidak bisa diubah, sebagaimana anggapan umumnya.
Kondisi spiritual adalah salah satu kondisi yang diambil seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar. Mereka yang mengklaim bahwa introversi, kesedihan, melankoli, dan sifat mudah marah, tidak bisa dikendalikan dengan keinginan, akan mendapati, setelah renungan jujur, bahwa pendapat mereka itu tidak mungkin dipertahankan. Sebagai contoh, jika seorang melankoli ditawari uang banyak, atau sesuatu yang bernilai, dia mungkin segera merasa sangat gembira, ini menjadi bukti nyata bahwa jika mau, dia dapat dengan sangat mudah meninggalkan sikap putus asanya. Maka jelaslah bahwa sikap sentimental seseorang hanya menunjukkan kurangnya pertimbangan bagi orang-orang di sekitarnya, dan contoh khas seseorang yang menyakiti diri sendiri, seperti yang dikatakan Al Quran:
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (QS. Yunus, 10: 44)
Namun, orang-orang sentimental tidak bisa memahami realitas, karena mereka terus-menerus berada dalam keadaan pikiran melankolik dan tidak berdaya. Apa pun yang terjadi, mereka akan selalu menemukan alasan untuk merasa sedih dan cemas. Sebenarnya, orang-orang ini menyakiti diri sendiri. Kenyataan ini diungkap dalam Al Quran sebagai berikut:
“Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.” (QS. Ar-Ruum, 30: 36)
Bagi orang seperti ini agar dapat melepaskan diri dari pikiran romantik, dan disembuhkan dari penyakit ini, dia harus waspada, dengan kesadaran penuh, terhadap janji-janji palsu setan dan tipu dayanya. Dan hanya keimanan seseorang yang memungkinkan hal ini.
Seorang beriman sejati akan mendapati bahwa kelemahan romantisisme tidak pantas bagi dirinya. Dia akan berperilaku rasional, membuat solusi atas masalahnya, dan menjadikan dirinya teladan bagi orang-orang di sekitarnya. Lagipula, karena perilaku moral dan pembicaraannya yang baik, secara alami dia merasa puas. Kecerahan dan cahaya yang memancar dari perilakunya yang baik akan membuat orang-orang merasa gembira dan bahagia, dalam keadaan paling sulit sekalipun. Perilaku demikian akan meneratas jalan menuju kehidupan yang indah, damai dan mulia di dunia ini, serta kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kedamaian di akhirat kelak. Oleh karena itu, bagi orang beriman, yang mempunyai perilaku dan keadaan pikiran diridhai Allah, tidak ada alasan untuk bersedih dan cemas; tidak ada apa pun yang bisa menuntunnya ke dalam pesimisme. Allah mengungkapkannya seperti ini:
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita.” (QS. Az-Zumar, 39: 61)
Lagipula, bagi orang beriman, kegembiraan, kebahagiaan, kedamaian, keamanan hanyalah refleksi dunia atas kondisi kehidupan di surga. Kesenangan-kesenangan ini dimulai di dunia ini; dan ketika mereka yang berharap kepada Allah akhirnya mendapatkan surga, mereka akan mendapati bahwa kesenangan-kesenangan itu akan tetap abadi. Al Quran menggambarkan kedamaian yang dinikmati oleh orang-orang beriman di kehidupan akhirat:
“Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.” (QS. Al Insaan, 76: 11)
Dalam ayat lain, Allah mengemukakan perbedaan antara orang beriman dan orang tidak beriman pada hari kiamat:
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan banyak pula muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (QS. ‘Abasa, 80: 38-42)
Orang-orang tidak beriman, di akhirat, akan berhadapan dengan kenyataan kehidupan neraka, yang diusahakannya di dunia ini dengan menyerah pada godaan setan - suatu kehidupan yang abadi, tetapi dengan intensitas jauh lebih besar. Di lain pihak, kebahagiaan orang-orang beriman yang dinikmati di surga akan berlangsung abadi tanpa jeda.
“Di kala datang hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Huud, 11: 105-108)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...