Senin, 21 Mei 2012

Ombak Banyu

Suatu saat Tejo pergi ke tempat terpencil didunia. tempat itu bernama Ombak Banyu
Dia kesana dengan teman-temannya, Saleh, Memet dan Mursid
"Leh, berani tidak kamu masuk ke ombak banyu?", tanya Mursid
"Aduh, berani sih berani, tapi resikonya kan besar Leh, aku dan Tejo pikir-pikir dulu ya?" jawab Mursid sebelum mereka memutuskan untuk pergi ke Ombak Banyu.
"Kalau kamu Met, berani tidak?", tanya Saleh lagi kepada Memet
"Memet kok tidak berani, kecil", sahut Memet dengan nada sombong. "Aku kan jagoan pergi kesana, lagian aku kan hafal jalannya", lanjut Memet.
"Sekarang tinggal kalian Jo, Sid, bagaimana?", tanya Saleh lagi kepada Tejo dan Mursid.
Mursid dan Tehjo mengangguk sebagai tanda setuju. Akhirnya hari itu mereka pergi ke Ombak Banyu.
Mereka berempat adalah orang yang sakti, karena mereka tidak akan basah jika menggunakan ilmu kanuragan mereka. Mereka percaya bahwa mendatangi Ombak Banyu tidaklah sulit dengan tetap mempertahankan baju tetap kering.
Mereka berempat berangkat dari rumah membawa Landcruiser Tejo. Sesampai di Ombak Banyu, merekapun bergegas masuk dengan urutan pertama Tejo, dilanjutkan Mursid, sedang Saleh bersama dengan Memet.
Tejo dan Mursid akhirnya bisa masuk ke Ombak Banyu dengan tanpa basah bajunya, karena mereka tetap berhati-hati dan tetap tidak sombong atas yang dilakukannya. Sedangkan Memet dan Saleh dengan cerobohnya masuk ke Ombak Banyu yang mereka anggap sangat mudah karena olah kanuragan mereka.
Ditengah jalan, tiba-tiba Memet terpeleset, akhirnya basahlah baju Memet. Akan tetapi, sebelum jatuh, Memet meraih tangan Saleh, yang akhirnya Saleh juga basah, walaupun tidak basah kuyup.
Pada waktu terpeleset, ternyata Memet sedang Bisulan di tangannya, yang akhirnya pecah saat itu. Lebih lucu lagi, ternyata pecahan bisul Memet mengenai muka Saleh. Kebetulan juga saat itu, Ombak Banyu sedang dipadati oleh Pertapa lain, yang juga beberapa diantaranya terkena pecahan bisul Memet.
Spontan, semua orang yang melihat kejadian itupun tertawa terbahak-bahak..
"Wadow!", teriak Memet saat itu
"Pyuk!" suara percikan cairan bisulk Memet mengenai muka Saleh dan pertapa lainnya.
"Ih.. jijik..!" teriak Saleh dan pertapa lainnya.
"Alah Met.. Met, makanya jadi orang jangan sombong, baru tahu rasa kau", seloroh Mursid.
"Ha. Ha. Ha. Ha....!", tawa semua yang melihatnya, bahkan Tejo juga tertawa, meskipun dalam hati Tejo juga kasihan pada Memet dan Saleh sahabatnya itu.
Inilah sekelumit kisah  tentang tempat bernama Ombak Banyu, yang dapat kita ambil hikmahnya, bahwa semua manusia tidak mempunyai hak untuk mengunggulkan dirinya, karena ada kalanya kekurangan kita menjadi bumerang bagi kita sendiri jika kita tidak menyadarinya, yang berawal dari kecerobohan dan kesombongan manusia itu sendiri. Ingatlah pada pepatah, TAK ADA GADING YANG TAK RETAK, dan
bahwasanya DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...