Selasa, 08 Mei 2012

Do Anything With Respect


Bicara tentang rasa hormat, maka kita bicara pada kepribadian masing-masing individu.
Ini akan mengarah pada salah aspek kehidupan manusia bernama aspek etika dan moral, yang diikuti oleh aspek Humanity dan juga diawali dengan aspek Religion.Membicarakan ini akan menjadi sangat krusial, dimana setiap orang mempunyai tuntutan terhadap dirinya akan penghargaan orang lain.
Banyak orang ingin terlihat bahwa dia bekerja dengan baik, dengan melakukan pekerjaan itu di depan orang banyak, apalagi atasannya. Sebetulnya nilai yang ada pada orang tersebut justru menampakkan bahwa dia bekerja hanya untuk mencari "DECAK KAGUM dan PENGHORMATAN" semu, padahal orang yang melihatnya merasa mereka tidak ber-etika.
Pernah suatu saat, Tejo sedang Hangout dengan teman-temannya, dia menjumpai seorang yang kurang waras pikirannya (Gila-tetepi tidak parah), sedang mengelus-elus motor balapnya. Tejo agak kaget juga waktu itu, sehingga menimbulkan perasaan tak nyaman dari Tejo, akhirnya untuk memenuhi keinginan nyaman tersebut, Tejo menghampiri ORGIL itu, ternyata ORGIL itu dikenal Tejo, namanya Praya. Tejo kemudian menghampiri Praya sembari berucap; "Sedang apa Ya?"
Praya kaget bukan kepalang, lalu dengan menundukkan muka dia diam seribu bahasa.
Tejo akhirnya sadar bahwa ucapannya membuat Praya ketakutan, dengan santun Tejo menawarkan pada Praya makanan yang kebetulan sedang dia nikmati bersama teman-temannya. "Sate mau Ya?", kata Tejo.
Dengan sigap Praya menyambut makanan itu sembari berucap, "Makasih mas, Assalamu'alaikum!".
Tejo terbengong mendengar ucapan Praya, seolah-olah tidak percaya. "Apa?", tanya Tejo meyakinkan.
"Assalamu'alaikum!", Jawab Praya sambil tersenyum.
"Wa'alaikum salam!" Jawab Tejo dengan memperhatikan Praya menjauh darinya.Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa jika kita menghargai orang lain kita juga akan dihargai orang lain, bahkan maaf, orang yang tak waras saja masih punya Respect ke kita jika kita juga memberi Respect ke mereka.

Tejo pernah mendengar suatu cerita tentang hal itu dari temannya, Rajesh, dimana ada pegawai yang hanya bekerja jika dilihat orang.
Ada suatu saat, banyak pegawai sedang bersiap-siap melakukan aktivitasnya disuguhi dengan adegan pegawai lain yang dengan seenaknya tanpa ada rasa sungkan, bahkan merasa bahwa pekerjaannya benar, naik ke atas menggunakan tangga dan menggunakan meja. Jika dilihat, hal ini tidak sesuai dengan etika kan?
Sebenarnya, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memulai melatih diri kita untuk menghormati orang lain dalam sebuah tim kerja yaitu dengan cara antara lain sebagai berikut:
  1. “Mendengarkan”. Dengarkan apa yang orang lain katakan. Orang lain akan sangat merasa dihargai apabila kita mendengarkan apa yang mereka ungkapkan. Disamping itu bisa jadi kita menemukan banyak hal yang sangat berarti dibalik apa yang mereka katakan.
  2. “Menghargai”. Jangan pelit untuk sering mengatakan “terima kasih” kepada orang lain. Selalu hargai usaha, jerih payah dan kontribusi hasil kerja mereka sekecil apapun. Tidak ada hal lain yang bisa memicu moral seseorang kecuali penghargaan dari teman sekerja ataupun manager mereka
  3. “Akuntabilitas”. Selalu bisa menerima pendapat dan masukan dari orang lain dalam memutuskan sesuatu. Hal ini sangat penting terutama apabila keputusan ini menyangkut nasib mereka. Menurut saya ini yang sangat sering diabaikan oleh beberapa orang yang berpikir mereka tahu apa yang lebih baik bagi orang lain.
Menghormati orang lain dalam sebuah tim kerja bisa juga berarti memperlakukan mereka dengan sepantasnya dan pada tempatnya sebagai seorang profesional. Pengakuan ini tentu saja sifatnya timbal balik. Menghormati anggota tim juga secara tidak langsung melatih mereka untuk terus bersikap kompeten dalam bidang keahliannya sesuai dengan semangat kerja/filosofi yang dibangun dalam tim kerja tersebut.
Semua orang adalah ahli dan mempunyai spesialisasi di bidangnya masing-masing. Semua orang juga merupakan pemula yang masih dalam tahap belajar. Menanamkan pengertian pada diri sendiri dan memperlakukan diri sendiri sebagai seorang profesional yang mempunyai keahlian sama seperti halnya memperlakukan dan melihat orang lain sebagai seorang ahli, akan membantu kita untuk bisa selalu menghormati mereka. Murah senyum dan selalu menyebarkan “virus” kebaikan adalah awal yang baik untuk mengawal dan menjaga diri kita agar selalu berjalan pada jalur yang tepat. Seperti sebuah kata bijak,”apa yang kita tabur itulah yang akan kita petik”
Perlakukan orang lain sama seperti kita ingin diperlakukan oleh mereka. Mungkin kalimat ini sering kita dengar. Dalam sebuah tim kerja yang anggotanya berlatar belakang budaya dan lingkungan yang berbeda-beda, saya lebih suka untuk menggunakan kalimat sebagai berikut,”perlakukan mereka seperti apa yang mereka ingin diperlakukan”. Kalau semua anggota tim memahami kalimat ini, niscaya sikap saling menghormati yang akan tercipta.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan untuk tidak dihormati oleh orang lain. Sikap menghormati terhadap anggota lain dalam sebuah tim merupakan awal dari sebuah sikap untuk bisa membentuk sebuah tim kerja yang kuat. Apabila kita menganggap diri kita adalah aset yang berharga dalam sebuah tim kerja, maka bersikap dan bertindaklah seprofesional mungkin sesuai dengan klaim bahwa  kita memang aset yang berharga dalam tim tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...