Selasa, 22 Mei 2012

Api dan Asap Tejo


Pada suatu ketika, dalam perjalanan pulang dari kepulauan seribu, Tejo menempuh jalan laut melewati ombak yang besar. Kapal yang ditumpanginya tidak dapat mempertahankan kendali karena terjangan ombak yang tinggi, akhirnya tenggelam diterjang badai. Semuanya porak poranda. Tak ada  awak yang tersisa, kecuali satu orang, Tejo yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum berpihak pada Tejo. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak punya bekal makanan.
Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya. Sambil berharap, Tejo membangun sebuah gubuk sederhana sekedar untuk menghindarkan badannya dari terik matahari dan hujan. Gubuk itu dia buat dengan cermat dan kokoh, sehingga tidak mudah roboh oleh terjangan angin pantai. Selepas membangun gubuk,  untuk menghangatkan badannya, Tejo membuat perapian.

Keesokan harinya, Tejo  mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam.
Tejo dengan hampir putus ada berteriak marah, "Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?... Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.
Tiba-tiba...terdengar peluit yang ditiup. Tuittt.....tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri Tejo yang sedang menangisi gubuknya ini.
Tejo sangat terkejut, ia lalu bertanya, "Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini?”
Mereka menjawab, "Kami melihat simbol asapmu!!"
Memang sangat mudah bagi kita untuk marah saat musibah  tiba. Musibah yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Akan tetapi, kita tak boleh kehilangan hati kita. Sebab, Tuhan selalu ada pada hati kita, walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun.
Ingatlah, saat ada "asap dan api" yang membubung dan terbakar dalam hatimu, jangan kecil hati. Jangan sesali semua itu. Jangan hilangkan perasaan sabar dalam kalbumu. Sebab, bisa jadi, itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan mau menolongmu. Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan, akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya. Tuhan maha tahu yang terbaik buat kita. Jangan hilangkan harapan itu. Tetap berusaha positive thinking, Tuhan tidak menciptakan sesuatu itu sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...