Suatu hari, seekor keledai dan
seekor unta ditempatkan dalam satu
istal.
Dlam kebersamaan itu, munculah sebuah perdebatan antara keduanya.
"Mengapa ya...",keledai memulai
pembicaraan, "Aku selalu ingin tahu. Mengapa saat menuruni bukit, aku suka
terjatuh dan bawaanku tumpah berceceran sehingga majikanku memukuliku,
sementara kau turun dari bukit dengan penuh ketenangan?".
"Apakah kau diberikan suatu
kelebihan? Mengapa kau tak pernah jatuh berguling-guling sepertiku?” lanjut si keledai. "Padahal kita sama-sama punya kaki empat dan nafas yang kuat kan?", lanjut keledai lagi.
Unta menjawab, “Lancarnya turunku
dari bukit adalah sebuah anugerah. Tapi tentu saja ada perbedaan antara kau dan
aku".
"Apa bedanya antara aku dan kau?", Tandas si keledai.
"Tidak seperti kau, kepalaku selalu kutegakkan sehingga saat aku turun, aku dapat melihat seluruh jalanku dari atas ke bawah. Aku dapat melihat kaki bukit itu, setiap belokannya, dan setiap lubang di sepanjang jalan itu., jawab unta.
"Oh, begitu ya?", tukas si keledai.
dari cerita diatas, dapat kita simpulkan bahwa manusia sejati juga adalah
seperti unta itu. Ia senantiasa dapat melihat perjalanan hidupnya, dari kini
sampai akhir hayatnya. Ia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya dan juga pada
orang lain di sekitarnya.
Mata keledai hanya mampu melihat
apa yang ada selangkah di depannya, apa yang tepat berada di hadapannya
sementara unta melihat dengan pandangan yang lebih jernih dan hati yang lebih
bersih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar