Pada suatu ketika,
dalam perjalanan pulang dari kepulauan seribu, Tejo menempuh jalan laut
melewati ombak yang besar. Kapal yang ditumpanginya tidak dapat mempertahankan
kendali karena terjangan ombak yang tinggi, akhirnya tenggelam diterjang badai.
Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang
tersisa, kecuali satu orang, Tejo yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun,
nasib baik belum berpihak pada Tejo. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak
berpenghuni, sendiri, dan tak punya bekal makanan.
Dia terus berdoa pada
Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat, dipandangnya ke penjuru
cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu
terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya. Sambil berharap, Tejo
membangun sebuah gubuk sederhana sekedar untuk menghindarkan badannya dari
terik matahari dan hujan. Gubuk itu dia buat dengan cermat dan kokoh, sehingga
tidak mudah roboh oleh terjangan angin pantai. Selepas membangun gubuk, untuk menghangatkan badannya, Tejo membuat
perapian.
Keesokan harinya, Tejo mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam.
Tejo dengan hampir
putus ada berteriak marah, "Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?...
Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.
Tiba-tiba...terdengar
peluit yang ditiup. Tuittt.....tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang.
Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri Tejo yang
sedang menangisi gubuknya ini.
Tejo sangat terkejut,
ia lalu bertanya, "Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini?”
Mereka menjawab,
"Kami melihat simbol asapmu!!"
Memang sangat mudah
bagi kita untuk marah saat musibah tiba.
Musibah yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi dan
berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus
mengeluh. Akan tetapi, kita tak boleh kehilangan hati kita. Sebab, Tuhan selalu
ada pada hati kita, walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun.
Ingatlah, saat ada
"asap dan api" yang membubung dan terbakar dalam hatimu, jangan kecil
hati. Jangan sesali semua itu. Jangan hilangkan perasaan sabar dalam kalbumu.
Sebab, bisa jadi, itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain
untuk datang padamu, dan mau menolongmu. Sebab, untuk semua hal buruk yang kita
pikirkan, akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya. Tuhan maha tahu
yang terbaik buat kita. Jangan hilangkan harapan itu. Tetap berusaha positive
thinking, Tuhan tidak menciptakan sesuatu itu sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar