Rabu, 28 Maret 2018

Satu Kata

Suatu hari, Tejo berjalan-jalan ke daerah pedalaman, di tengah hutan belantara, dimana hanya ada nyamuk, ngengat dan kodok yang menjadi teman sepanjang perjalanannya. Dalam perjalanannya itu, Tejo merasa lelah, dan akhirnya bersandar di pohon Gaharu yang harum baunya. Dalam istirahatnya itu, Tejo melamun.
Setelah beberapa saat melamun, dia akhirnya tertidur pulas dengan mimpi indah di dalamnya. Dia bertemu dengan peri hutan yang sangat cantik, Galuh namanya. 
"Hai manusia, kenapa kamu berada di sini?", tanya Galuh, yang sebenarnya Tejo awalnya tidak mengenalnya. 
"Siapa engkau... kenapa engkau berada di tengah hutan seperti ini?, Apakah orangtuamu tidak mencarimu?", tanya Tejo sambil tergagap.

"Aku bertanya padamu hai manusia, kenapa kamu jawab dengan pertanyaan pula?', jawab Galuh dengan sedikit sinis.
"Oh ya, perkenalkan namaku Tejo, aku dari desa Blambang Sebrang, aku kesini untuk mencari anggrek emas yang bisa mengobati segala penyakit", jawab Tejo.
"Siapakah dirimu?, kenapa kamu juga berada di hutan ini?, apakah kamu juga mencari anggrek emas sepertiku?", tanya Tejo kepada Galuh, si peri hutan itu.
"Aku peri hutan yang menguasai pohon gaharu yang kau tempati, namaku Galuh, aku anak Raja gaib disini", jawab Galuh
"Apakah benar ada apa yang aku cari, Galuh?", tanya Tejo.
"Bangunlah dulu, nanti akan aku jawab saat engkau sudah bangun", sahut Galuh dengan menyiramkan air ke wajah Tejo
"Aduh.... apa ini... wangi banget...", Tejo terperanjat bangun dari tidurnya. "Ternyata tadi hanya mimpi ya..", gerutu Tejo sendirian dengan perasaan heran, kenapa tubuhnya basah dengan aroma sangat wangi di tubuhnya.
Tejo ingat bahwa dalam tidurnya dia bertemu dengan peri hutan yang sangat cantik. Dia akan memberikan jawaban atas pertanyaannya tentang anggrek emas yang sedang dicarinya.
Dalam diamnya, Tejo berharap galuh datang untuk memberi tahu tentang anggrek emas itu. Setelah beberapa menit, Tejo mencium aroma wangi yang berbeda dengan wangi di tubuhnya, aroma cendana yang sangat kental. Dia melongok ke segala arah, dan mencoba menemukan asal dari aroma wangi itu, tetapi dia tidak menemukan siapapun. Setelah Tejo merasa tidak ada siapapun disana, dia beranjak bangkit dari pohon gaharu tempatnya beristirahat untuk menemukan apa yang dicarinya, dia dikagetkan dengan jatuhnya dahan pohon gaharu didepannya, padahal tidak ada angin dan hujan, kemudian turun seberkas cahaya keemasan di depannya.
"Astaghfirullah.. apa itu..", teriak Tejo kaget.
Dia mengamati apa yang jatuh dalam bentuk cahaya emas tadi, dia perhatikan dalam-dalam, dia melihat ada bunga anggrek emas. Dia sangat senang dengan apa yang dilihatnya. Tanpa sadar, dia segera mencoba mengambil bunga anggrek emas itu. Tetapi akhirnya Tejo kecewa, karena anggrek emas tersebut setelah berada dalam tangannya menjadi bunga anggrek biasa, yang sudah sering dia temui.
Dalam kekecewaannya, Tejo berjalan meninggalkan pohon gaharu itu. Selang 10 meter, dia mencoba melihat ke atas dahan pohon gaharu, dan dia melihat banyak anggrek emas disana. Tejopun akhirnya kembali dan berusaha memanjat pohon gaharu tersebut, tetapi selalu gagal dan terjatuh.
Selang beberapa saat, munculah bayangan dengan kilau berwarna biru menghampiri Tejo dan berubah wujud menjadi wanita cantik seperti dalam mimpinya.
Tejo terkaget, sambil melongo dia berucap, "Galuh...".
Sosok wanita cantik itu kemudian tersenyum dan menjawab dengan nada merdu yang seolah-olah lagu shymponi yang sangat indah. "Ya.. aku yang menemuimu tadi, aku Galuh, penguasa pohon gaharu ini. Aku tahu bahwa kau ingin mengambil anggrek emas itu, tapi ... jika engkau lakukan dengan tidak sabar, dan tergesa-gesa tidak menggunakan hati, maka kau hanya mendapatkan kegagalan saja", jawab Galuh dengan bijak
"Ambilah sebanyak engkau butuhkan, tetapi aku yakin kau tidak akan mengambil sebanyak yang engkau mau.. itu yang terjadi dengan bunga anggrek emas yang aku jatuhkan tadi. Engkau harus menjawab dulu pertanyaan yang aku buat, bersediakah hai engkau manusia?", Tanya Galuh sembari memandang serius kepada Tejo
"Apa dulu pertanyaanmu, sebab aku tidak akan mengiyakan jika itu membuat diriku masuk dalam jurang kekafiran", jawab Tejo dengan lantang, "Dan juga tidak membuat aku merugikan hidupku, orang lain dan lingkunganku!".
"Baiklah, aku mengajukan tiga pertanyaan... semua akan aku ajukan sekaligus, pertama, jika engkau harus memilih antara ibu dan wanita yang engkau cintai, kamu akan memilih siapa?, kedua, jika engkau harus memilih, lebih baik kaya atau miskin, jika kaya engkau akan menjadi sombong, tetapi jika engkau miskin maka engkau akan sengsara didunia tetapi banyak beribadah dengan keihlasan, dan yang terakhir adalah, jika engkau hidup dengan seseorang, maka engkau akan memilih orang yang engkau cintai atau orang yang jika ada disampingmu kamu merasa aman dan nyaman?", tanya Galuh untuk memberikan bunga anggrek itu.
"Kenapa pertanyaanmu membuat aku harus berfikir lama?", timpal Tejo, "Biarkan aku berfikir dulu untuk menjawab semua pertanyaanmu, karena semua ada untung ruginya, dan harus aku timbang dulu".
Sejenak Tejo merenung untuk memberikan jawaban kepada Galuh. galuh masih menunggu dengan memperhatikan Tejo dari ujung atas sampai ke bawah, seolah Galuh membaca pikiran Tejo.
Tejo kemudian mengangkat kepalanya bersiap untuk menjawab pertanyaan Galuh, si peri hutan, "Untuk soal pertama, aku akan lebih memilih ibuku dibanding orang yang kucintai, karena ibukulah aku bisa hidup, dan besar seperti ini, tanpa beliau maka aku pasti tidak akan ada, karena orang yang paling wajib untuk dicaintai adalah sosok ibu dengan dalih bahwa ibu akan mencintai anaknya sepanjang hayatnya dengan tulus tanpa butuh balasan, sedang orang lain kecintaan kita hanyalah menipu semata, karena cinta terhadap sesuatu pasti akan luntur dengan berjalannya waktu, dan kecintaan orang terhadap kita juga akan hilang dengan berjalannya waktu pula, beda dengan ibu!', Tejo kemudian terdiam beberapa saat.
Galuh mengangguk-angguk memperhatikan Tejo, dia mulai tertarik dengan Tejo karena jawaban yang pertama itu, tetapi dia harus menguji sampai jawaban ketiga, yang memungkinkan dia nyaman dengan Tejo dan memberikan anggrek emas itu.
"Yang kedua, pilih kaya sombong atau miskin sengsara didunia, tetapi beribadah secara ikhlas, maka aku akan memilih miskin sengsara, tetapi beribadah untuk hanya mendapat ridho dan berkah dari Tuhan penguasa alam raya ini!', lanjut Tejo menjawab pertanyaan Galuh.
"Kenapa tidak kau jelaskan alasanmu wahai manusia?", pinta Galuh untuk meyakinkan hatinya.
"Aku memilih itu, karena meskipun mahluk boleh memilih, tatapi sebenarnya segala sesuatunya sudah digariskan oleh Allah, mahluk hanya menjalaninya, tetapi kebutuhan kita yang hakiki adalah kita beribadah dengan tulus ikhlas hanya kepada-Nya, karena Allah menciptakan mahluk sepertiku dan sepertimu esensinya hanya untuk beribadah, masalah kaya atau miskin, kita hanya menjalani kehendak-Nya", jawab Tejo dengan yakin.
Galuh merasa semakin tertarik dengan Tejo, tetapi dia masih penasaran atas jawaban ketiga dan juga kenapa Tejo sangat menginginkan bunga anggrek emas itu.
"Untuk pertanyaan yang ketiga, maka aku akan memilih bersama orang yang membuatku nyaman, bukan orang yang aku cintai..", lanjut Tejo.
"Kenapa kamu memilih itu?", tanya galuh penasaran
"Karena orang yang kita cintai akan hilang rasa cinta kita tatkala orang itu membuat satu kesalahan saja, dan tatkala cinta kita hilang, maka akan diikuti dengan rasa yang sebaliknya, yaitu rasa benci yang berlebihan, sedangkan jika kita hidup dengan orang yang membuat kita nyaman, maka dengan kenyamanan itu, kita dapat memupuk rasa cinta dan begitu juga dengan orang yang nyaman dengan kita. Apakh kita tidak menginginkan itu?", tanya Tejo kepada si peri hutan, Galuh.
"Hmmmm... benar yang kamu katakan hai manusia, nyaman itu lebih hebat dibanding rasa cinta", jawab Galuh
Galuh akhirnya melontarkan satu pertanyaan lagi, "Sebelum aku memberikan bunga nggrek emas ini padamu, aku pengen tahu, kenapa kamu tadi tergesa-gesa mengambil bunga itu?".
"Aku ingin segera menyembuhkan sakit ibuku!", jawab Tejo, "Bolehkah aku mendapat bunga itu?", lanjutnya.
"Ini, silahkan ambil, dua tangkai bunga anggrek emas ini untuk mengobati ibumu", Galuh akhirnya mengulurkan tangannya untuk memberikan bunga anggrek emas pada Tejo. Bunga itupun akhirnya berpindah kepada Tejo, Tejopun berpamitan kepada Galuh.
"Tunggu dulu...", teriak Galuh
"Apa lagi?", Tejo menghentikan langkahnya.
"Ini khusus untukmu, karena aku NYAMAN bersamamu", kata-kata Galuh di telinga sambil memeluk Tejo dengan pelukan hangatnya. "Terimakasih atas jawabanmu.. selamat jalan dan semoga ibumu segera sembuh..", lanjutnya.
"Amin.. aku pulang dulu ya...terimakasih atas bunga dan doanya..", Tejo segera bergegas pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...