Kamis, 01 Maret 2018

GILA

“Gila”, sebuah kata yang terucap dari mulut Tejo, seorang pemuda dari kampung Medang. Dia terkaget-kaget melhat sebuah kejadian yang belum dia lihat di depan matanya. Dia benar-benar terperanjak melihat sebuah fenomena jatuhnya puluhan ular besar dari tebing, dimana ukuran masing-masing ular sebesar pohon kelapa.
Dia pun akhirnya lari terbirit-birit karena sangat takut, karena ukuran ular yang sangat besar. Saat berlari, Tejo tidak memperhatikan jalan dan akhirnya dia terpeleset jatuh ke jurang yang ada di sekitarnya.

“Aduh...”, teriak Tejo kesakitan. Kemudian dia menengok kanan kirinya, dia kaget melihat ada tempat tidur di sebelahnya.
“Alhamdulillah...”, ucap Tejo, yang menyadari bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi. Dia sangat bersyukur, karena dia benar-benar takut akan kejadian itu.
Pagi harinya, Tejo bersiap untuk berangkat kuliah di daerah Ciamis. Dengan mengendarai motor kesayangannya, dia melaju ke tempat kuliah yang harus ditempuh selama 30 menit dari rumahnya melalui hutan dan tebing berjurang.
Sesampainya di kampus, Tejo melihat ada keramaian. Dia penasaran lalu mendekatinya. Ternyata ada kakak seniornya, meski beda fakultas,tetapi Tejo mengenalnya, Basiyo dan Truno sedang beradu argumen. Mereka berdua tampak sangat tegang, dengan muka memerah Basiyo menyalahkan Truno karena menyenggol motor Basiyo, Trunopun menyalahkan Basiyo karena mengerem mendadak, padahal jalan sepi.
Setelah di damaikan oleh Restu, teman seangkatan Truno dan Basiyo, kegaduhan pumereda, tetapi mereka berdua tetap tidak saling sapa. Hal ini terjadi sampai mereka selesai kuliah.
Selesai kuliah, Tejo kembali pulang dan pada malam harinya selesai membaca buku, Tejo mempersiapkan diri untuk tidur. Dia pun akhirnya terlelap dalam mimpi.
“Gila...”, teriak Tejo sembari berlari. Tejo melihat ada dua harimau sedang memperebutkan buruan yang sedang dikejar melalui hadapan Tejo. Korbannya adalah seorang wanita setengah baya. Wanita itu masih hidup, dan berlarian menghindari harimau-harimau itu. Dengan galau, Tejo memberanikan diri untuk menghalau kedua harimau itu dengan obor, meski Tejo tdak tahu darimana asal obor itu.
“Hush...Hush...”, teriak Tejo dengan sangat keras, membuat kedua harimau itu pergi meninggalkan Tejo dan buruannya. Setelah harimau-harimau itu pergi, Tejo terjatuh lemas karena sangat berdebar mengusir dua mahluk ganas tersebut. Tejo pingsan, dan setelah sadar dia mendapati dirinya diatas ranjangnya, dan dia berfikir atas kejadian tersebut dan bersyukur karena itu hanya mimpi.
Seperti biasanya, Tejo berangkat ke kampus melewati jalan favoritnya, yang dia sudah hafal betul. Sesampai dikampus, dia meletakkan tasnya kemudian keluar untuk bercengkerama dengan teman-temannya. Jantungnya berdegup kencang, ketika diantara teman-temannya ada Galuh, adik tingkat beda fakultas yang merupakan gadis pujaannya ada diantara mereka. Dia meberanikan diri untuk menyapanya.
“Selamat pagi Galuh, apa kabar?”, Tejo berbasa-basi.
Teman-teman Tejo tersenyum melihat tingkah aneh Tejo yang jelas terlihat sangat gugup melihat Galuh. Galuh tersenyum dengan masis dan membalas sapa Tejo.
“Alhamdulillah baik mas, mas juga kan?”, jawab Galuh dengan manis dan suaranya terdengar sangat merdu ditelinga Tejo, bak biduanita sedang menyanyikan lagu favorit Tejo.
“Al..Alhamdulillah baik...”, jawab Tejo terbata-bata. Tejo mengalihkan kegugupannya dengan menanyakan apakah kemarin melihat kejadian antara Basiyo dan Truno kepada Galuh. Galuh mengangguk mengiyakan.
“Kalau boleh tahu de, eits, boleh aku panggil de kan?”, tanya Tejo
“Boleh mas”, sahut Galuh masih dengan senyum manisnya itu, yang membuat jantung Tejo serasa copot. Gila...., pikir Tejo dalam hati, manis sekali gadis ini.
“Kalau boleh tahu, kemarin itu masalahe apa to antara Basiyo dan Truno?”, tanya Tejo mengalihkan kegundahan hatinya.
“Oh, itu mas, masalahnya berawal saat Susi, teman seangkatannya mengalami sakit, mereka kan dalam satu organisasi, Basiyo sebagai ketuanya, Susi tidak bisa hadir karena alasan kontrol, tetapi Truno mengatakan pada Susi bahwa boleh langsung tidak masuk, tidak harus ijin kepada Basiyo, tetapi Basiyo pengennya Susi pamit kepadanya, maklum Basiyo itu orangnya pengen sekali diajeni, dan Truno juga keras. Mereka berdua sempat saling caci karena hal itu. Kemudian Basiyo pergi begitu saja naik motornya, begitu juga Truno. Melihat Truno ada dibelakangnya, Basiyo mengerem mendadak dan akhirnya terjadilah crash kemarin itu”, Galuh menjelaskan kejadiannya dengan sangat gamblang. “Oh ya mas, maaf, ade masuk ujian dulu ya.., dosennya sudah masuk tuh..”, Galuh berpamitan kepada Tejo untuk Ujian mata kuliah.
“Ya de, ntar ketinggalan materinya kalau kita hanya bercakap-cakap disini, semoga nilainya bagus ya...”, jawab Tejo sembari mendoakan Galuh.
“Truno... kesini...”, teriak Baiyo sangat keras. Dia berlari mendekati Truno dengan muka memerah.
“Apa.. mau berkelahi denganku?”, jawab Truno dengan lantang
Mereka berdua akhirnya terlibat adu mulut. Sebelum keduanya sampai adu jotos, Tejo mendekati mereka, dia berusaha melerai mereka. Tejo mengajak mereka ke warung di belakang kampus dan menenangkan mereka, mereka menuruti ajakan Tejo. Tejo memberi masukan kepada mereka berdua untuk bersabar dan menyelesaikan dengan cara damai dan dewasa menyikapi masalah, bukan dengan cara berkelahi.
Akhirnya mereka berdua bersalaman dan saling memafkan. Tejopun gembira melihat hal ini. Dia melirik jam tangannya, “Waduh... kuliahku dah masuk 30 menit lalu..., jelas tidak bisa masuk ini..”, ucap Tejo.
Basiyo dan Truno yang sudah berbaikan balik mengejek Tejo. “Kasihan deh lu Jo...!”, ucap mereka berdua hampir bersamaan.
Meskipun tidak bisa masuk kuliah, Tejo sangat senang bisa mendamaikan Basiyo dan Truno. Dia teringat mimpinya tadi malam, dimana dia bisa manghalau dua harimau demi menyelamatkan dia dan buruannya. Benar-benar Gila... mimpi yang menjadi isyarat nyata.

2 komentar:

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...