Sabtu, 07 September 2013

Penyesalan Ibu Tiri

Seorang laki-laki ditinggal mati istrinya. Dia hidup bersama anak laki-lakinya yang berumur 7 tahun. Kemudian, lelaki tersebut menikah lagi dengan seorang perempuan yang berhati kasar, selalu membenci anak tirinya. Saking jahatnya, dia melarang anak tirinya untuk bersekolah. Untuk mengganti kesibukannya, perempuan itu membelikan seekor kambing untuk digembalakan anak tirinya. Wanita itu senantiasa menghukum anak tirinya jika berbuat salah, baik kesalahan yang besar maupun kecil tentang urusan kambing itu. Suatu hari anak tirinya berbuat salah, lalu dia mengikatnya di kandang kambing.
Kemudian hari, ibu tiri yang berhati jahat itu melahirkan seorang anak laki-laki, tentu dia sangat bergembira. Dia memanjakannya secara berlebihan agar anak tirinya iri dan cemburu. Akan tetapi, tidak berselang lama wanita itu memetik buah dari kejahatannya.
Anak tirinya mencapai usia 15 tahun sementara anak wanita ini berumur 8 tahun. Di usia inilah tenggorokan anak yang dimanja tersebut terserang penyakit sehingga tidak bisa berbicara. Kemudian, anaknya mati dalam usia dua belas tahun. Adapun anak tirinya karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang, pergi meninggalkan rumah ketika berumur 19 tahun, ia tidak tahan terhadap perlakuan kasar ibu tirinya. Kemudian, ayah kandung anak tersebut mencari anaknya yang hilang, namun tidak berhasil menemukannya. Tiga tahun berlalu, kesedihan pun tak kunjung sirna. Bahkan, terasa begitu mendalam sejak ia kehilangan anaknya, lalu sang ayah meninggal dunia.
Sepeninggal ayahnya, seluruh harta warisan jatuh ke tangan ibu tirinya.Tetapi, pihak pemerintah masih mencari siapa Ahli waris lainnya. Kemudian, diketahui bahwasanya anak tiri tersebut tinggal di Amerika Latin, menjadi seorang yang kaya raya.
Ketika anak yang kering kasih sayang itu mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal dunia, ia mengirim surat kepada ibu tirinya untuk menghiburnya dan mengirim sejumlah uang untuk digunakan sesuai keinginannya serta akan mengunjunginya dalam waktu dekat.
Surat itu terasa lebih tajam dari tusukan tombak. Perempuan berhati kasar itu lalu menyesali sikapnya terhadap anak tirinya. Dan ketika anak tirinya tersebut benar-benar datang, dia menyaksikan ibu tirinya kurus dan lemah. Dan wajahnya terpancar penyesalan dan kesedihan yang mendalam.
Ketika perempuan itu bertemu dengan anak tirinya, dia mengakui kesalahannya dan meminta maaf serta beristighfar kepada Allah atas perbuatan dosanya kepada anak tirinya di mass lampau. [

Min Gharibi ma Saaluni, Jilid 2]
Dikutip dari Buku Bila Amal Dibayar Kontan, Penerbit Darul Falah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...