Sabtu, 07 September 2013

Sempurnanya Atom dalam Tubuh Kita


Dengan tubuh tersusun atas atom-atom, Anda menghirup atom di udara, memakan atom dalam makanan dan meminum atom dalam air. Yang Anda lihat tidak lain adalah tabrakan elektron atom di mata Anda dengan foton. Dan bagaimana yang Anda rasakan dengan sentuhan? Sensasi itu dibentuk oleh atom-atom kulit Anda yang menolak atom-atom objek.
Memang, dewasa ini hampir setiap orang tahu bahwa tubuhnya, alam semesta, dunia, pendeknya, segala sesuatu, terdiri atas atom. Tetapi, barangkali sebagian besar orang sejauh ini tidak pernah memikirkan sistem macam apa yang dimiliki entitas yang kita sebut atom itu. Atau kalaupun mereka berpikir, mereka tidak merasakan kebutuhan untuk menyelidikinya, karena mereka selalu menganggap itu tugas ahli fisika saja.

Akan tetapi, manusia terkait dalam sistem yang sempurna ini sepanjang hidupnya. Sistem ini sedemikian rupa sehingga setiap atom dari trilyunan atom yang membentuk kursi yang kita duduki memiliki susunan yang jika diuraikan perlu satu buku tersendiri. Diperlukan banyak halaman untuk menyampaikan informasi, sistem dan kekuatan sebuah atom saja. Dengan kemajuan teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan kita mengenai alam semesta, buku ini akan semakin tebal.
Lalu, bagaimana susunan ini terbentuk? Tidak mungkin partikel-partikel yang tersebar setelah Big Bang membentuk atom dengan keputusan tiba-tiba, dan kemudian lingkungan kondusif terbentuk secara kebetulan, dan atom-atom ini lalu berubah menjadi materi. Jelas mustahil menjelaskan sistem seperti ini sebagai suatu kebetulan. Segala sesuatu yang Anda lihat di sekitar Anda, dan bahkan udara yang tidak dapat Anda lihat terdiri dari atom-atom, dan terdapat lalulintas yang sangat kompleks di antara atom-atom ini.
Jadi, siapa yang dapat mengatur lalulintas atom-atom? Andakah? Bila Anda mengira bahwa tubuh Anda terdiri dari atom-atom saja, maka atom mana yang mengatur apa? Apakah atom-atom otak Anda, yang tidak berbeda dengan atom-atom lain, mengontrol atom lainnya? Bila kita menganggap atom-atom di kepala adalah pengatur, maka kita harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
l  Bila semua atom yang membentuk otak adalah pengatur, bagai-mana dan berdasarkan apa mereka mengambil keputusan? Bagaimana trilyunan atom otak bekerja sama?
l  Mengapa tidak ada satu pun atom dari trilyunan atom ini yang menentang keputusan yang diambil?
l  Bagaimana atom-atom ini berkomunikasi satu sama lain?
Mengingat pertanyaan-pertanyaan di atas, jelas sebuah deduksi yang sangat tidak logis untuk mengatakan bahwa trilyunan atom yang membentuk otak seluruhnya adalah pengatur.
Jadi, bukankah tepat bila kita berpikir bahwa hanya satu dari trilyun-an atom ini yang menjadi pengatur dan yang lain adalah pengikutnya? Bila kita percaya bahwa satu atom menjadi pengatur maka pertanyaan yang akan muncul adalah:
l  Atom mana yang menjadi pengatur? Siapa yang memilih atom ini?
l  Di bagian otak mana atom ini berada?
l  Apa perbedaan atom ini dengan atom lainnya?
l  Mengapa atom lain mematuhi atom ini tanpa syarat?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada satu hal lagi yang perlu di-nyatakan: satu atom pengatur tersebut juga terbuat dari partikel-partikel lain. Mengapa dan dengan motif apa partikel-partikel ini bergabung membentuk atom pengatur? Siapa yang mengontrol partikel-partikel ini? Karena ada kehendak lain yang mengarahkan partikel-partikel ini, layakkah mempertahankan keyakinan tentang atom tunggal di otak yang menjadi pengatur?

Sampai di sini, tak terelakkan lagi bahwa pernyataan itu tidak berlaku. Bagaimana atom yang tak terhitung jumlahnya di alam semesta meneruskan eksistensinya dengan penuh keharmonisan, padahal orang, binatang, tumbuhan, tanah, udara, air, benda, planet, ruang angkasa, dan lain-lainnya terbuat dari atom? Atom mana yang dapat menjadi pengatur, padahal atom itu sendiri terbuat dari banyak subpartikel? Menyatakan pendapat seperti itu atau menganggap segala sesuatu terjadi begitu saja, dan mengingkari keberadaan Allah yang menciptakan seluruh dunia, hanyalah “mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.“ (QS. An-Naml , 27: 14).

Coba pikirkan: manusia, yang terbuat dari susunan atom dengan aneka kombinasi, dilahirkan, diberi makan dengan atom-atom, dan tumbuh besar dengan atom-atom. Kemudian dia membaca buku-buku yang terbuat dari atom dalam sebuah gedung yang terbuat dari atom pula. Kemudian, dia menerima ijazah yang terdiri dari atom-atom yang menyatakan “Sarjana Teknik Nuklir”. Namun, dia masih bisa maju dan menyampaikan pidato seperti ini: “ Atom-atom ini bergabung dengan spontan, dan sis-tem yang begitu hebat di dalamnya terbentuk secara kebetulan.” Jika memang demikian, dari mana dia mendapatkan kesadaran, ke-inginan dan kecerdasan untuk memberikan pidato ini?
Dalam hampir setiap halaman buku ini, ki-ta berulang-ulang melihat bahwa sangat tidak mungkin bagi atom yang membangun benda-benda hidup atau mati di alam semesta untuk terbentuk secara kebetulan. Apa yang akan kita katakan kepada mereka, yang sudah mendengar penjelasan ini, namun tetap berpikir bahwa fenomena ini menjadi ada secara “kebetulam” atau terbentuk sampai seperti sekarang ini karena mekanisme “coba-coba”, tidak akan berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim (Alaihis Salam) kepada orang-orang yang ingkar:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...