Minggu, 14 Oktober 2012

PUSDIKLAT KEAGAMAAN PERLU PEMBENAHAN

Pada pelaksanaan Diklat yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Keagamaan tanggal 1-15 Oktober 2012 yang dilaksanakan di hotel Serena Bandung, ada sesuatu yang sangat menarik untuk dicermati. pakah itu?
Dalam perspektif penulis, ini mengurangi citra kelembagaan tersebut, tetapi sepertinya hal tersebut sudah dianggap wajar karena mereka menganggap hal tersebut wajar adanya. Apa sajakah itu?

  1. Adanya pegawai Pusdiklat Keagamaan yang tidak menghormati bangsanya sendiri (Tidak menghormati lagu kebangsaan Indonesia Raya) --- seperti tulisan terdahulu.
  2. Panitia cenderung melakukan kerjanya sendiri-sendiri tanpa melakukan koordinasi dengan pihak yang berkepentingan (Narasumber, terbukti dengan kebingungan mereka ketika ada narasumber yang tidak datang..."Siapa yang salah?")
  3. Panitia sering tidak mendampingi peserta pada pelaksanaan diklat ("Cuci tangan ataukah memberikan tanggungjawab pada peserta?")
  4. Panitia untuk kimia dan fisika juga kurang koordinasi, terbukti dengan adanya mis-sinkronisasi aturan, terbukti aturan yang diberlakukan berbeda.
  5. Panitia kimia cenderung otoriter, terbukti dengan aturan yang kaku tanpa dirundingkan dengan peserta, bahkan memotong waktu untuk sembahyang saja tidak diperbolehkan, terutama oknum ibu X (pembimbing akademis kimia)
  6. Pemilihan narasumber yang kurang kompeten (hanya membanggakan sesuatu yang sebenarnya sangat mudah dikuasai oreng banyak, dengan kebanggaannya itu, ilmunya pasti tidak akan ditransfer, terbukti dengan tidak diperbolehkannya peserta untuk meminta ilmu yang diterangkannya)
  7. Pemilihan narasumber yang tidak sopan dengan joke-nya (dari LPMP Jabar)
  8. Pelaksanaan Orientasi Lapangan yang dibiarkan tanpa panduan apa yang harus dilakukan ditempat observasi, sehingga peserta sebagai observer bingung apa yang harus dilaporkan.
  9. Panitia kurang berkoordinasi dengan pihak hotel, hotel memiliki fasilitas wifi.. tetapi tidak bisa semua ruang bisa mengakses wifi (hospot area kurang luas), pernah peserta mendapati ada makanan yang udah mendekati basi (Salah siapa?)
  10. Terkadang kami peserta mendapati panitia dalam joke terhadap panitia lain (antara laki dan perempuan) terlalu vulgar, bahkan dengan aktivitas yang kirang menitrakan pegawai Pusdiklat Keagamaan.
  11. Soal untuk tes yang mencengangkan... apa buktinya? Ternyata soal yang diberikan sebanyak 35 soal, dengan option 5... dari 35 soal ternyata ada yang tidak ada jawabnya, yaitu soal no 8. terus soal no 12 - 19 tidak ada.. Bagaimana cara menjawabnya?. Lembar jawab yang seharusnya berisi 5 option hanya tersedia 4 pilihan, jadi soal option: a, b, c, d, e padahal dalam lembar jawab hanya ada a, b, c, d.. lalu bagaimana kalau jawabannya e?
Semoga dengan tulisan ini, panitia dapat membenahi cara kerja mereka yang terkesan amburadul dan tanpa persiapan yang matang. Sukses Mulia....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...