Sabtu, 13 Oktober 2012

Bola Salju Miskonsepsi

Suatu hari Tejo berjalan-jalan dalam sebuah perkampungan dan bertemu dengan seseorang yang ternyata seorang ulama di daerah itu. Ia bertanya ulama tersebut, sebut saja Syeh Singaparna..
Tejo menyapa sang ulama, "Assalamu'alaikum...."
"Wa'alaikum salam, ada yang bisa kami bantu anak muda?", jawab Syeh Singaparna dengan nada yang lembut.
"Perkenalkan nama saya Tejo pak ustad, saya berasal dari daerah Blitar, saya sekarang sedang mengembara ke seluruh pelosok negeri hanya untuk mencari sebuah jawaban dari pertanyaan saya, mungkin saja bapak bisa menjawab pertanyaan saya..", jawab Tejo.
"Apa yang ingin kamu ketahui anakku Tejo?, oh ya, perkenalkan saya Singaparna..!", tanya Syeh Singaparna dengan suaranya yang sangat berwibawa dan terlihat sabar dalam mengatasi masalah.
Tejo tertegun dengan suara yang lembut tetapi tegas itu, untuk beberapa saat Tejo hanya terdiam, ragu untuk menanyakan sesuatu kepada sang ustad.
"Kenapa kamu terdiam anakku?, apa yang akan kamu tanyakan..", lanjut Syeh Singaparna.
Tejo lalu memberanikan diri untuk menanyakan tentang bagaimana kita aharus menyikapi sesuatu, khususnya kepada orang yang oleh orang banyak dianggap sebagai orang yang tidak baik (jahat). Kenapa banyak yang menganggap bahwa orang yang jahat itu selamanya akan jahat?
Dengan bijak Syeh Singaparna menjawab pertanyaan Tejo. 
"Begini anakku, tidak ada manusia yang jahat... kenapa? karena Allah menciptakan manusia dalam keadaan suci..!", terang Syeh Singaparna. Tejo dengan cepat memotong pernyataan Syeh Singaparna. "Lalu kenapa ada yang baik dan jahat?".
"Pernahkah anak ini berpikir bahwa manusia diperintahkan untuk berusaha? Pernahkah anak berpikir kenapa Adam diturunkan ke dunia? Lalu pernahkah anak memikirkan kenapa Iblis diperbolehkan menggoda anak turun Adam?', tanya sang Syeh.
 Tejo terdiam saja, karena dia pernah bertanya kepada banyak orang atas pertanyaannya itu, dan jawabannya adalah bahwa manusia itu selalu dipengaruhi oleh hawa nafsnya. Dia masih kurang yakin atas jawaban mereka. Tejopun akhirnya menjawab, "Manusia adalah makhluk yang berkehendak, maka manusia harus berkehendak, dan kadangkala kehendak itu dipengaruhi oleh sisi gelap manusia, yang dibisiki oleh Setan,....".
"Benar anakku, tetapi yakinlah bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan yang lemah, maka dia harus mau mengakui kelemahannya itu dengan selalu meminta pertolongan...!, jawab Syeh Singaparna dengan tenang.
"Lalu... Apakah pak ustad pernah meminta pertolongan pada orang lain? padahal bapak kan ustad...!", sahut Tejo.
Dengan senyum yang menghiasi bibirnya, Syeh Singaparna memandangi Tejo dan berargumen... "Nak, cobalah melihat sekeliling kita ... pernahkah ada manusia yang hidup sendiri? Pernahkah ada hewan atau tumbuhan yang hidup sendiri?"
"Pernah pak ustad....", jawab Tejo singkat.
"Kalau begitu, kalau ada orang meninggal, apakah dia bisa mengubur dirinya sendiri?", tanya Syeh Sngaparna.
"Tentu tidak pak ustad..!", tukas Tejo.
"Nah, itu dia, manusia selalu buth orang lain, maka manusia harus saling membantu, tetapi jangan sampai manusia itu saling membantu dalam dosa, kalau manusia saling membantu dalam dosa, dialah yang dianggap sebagai manusia yang oleh orang dianggap jahat, tetapi... manusia yang diangap jahat masih bisa berubah taas kemauannya sendiri, ", jawab Syeh Singaparna
"Bagaimana caranya pak ustad?", tanya Tejo melanjutkan
"Allah memang meberi kehendak pada manusia, tetapi manusia diberi keterbatasan atas kehendaknya itu, maka jika dia merasa salah, dia segera taubat nasuha, kemudaian menutupi kesalahannya dengan kebenaran, dan selalu meminta tolong pada Allah sang penguasa segalanya, ingatlah, manusia bisa berubah hnya jika dia mau merubah dirinya sendiri. Jadi faktor terpenting untuk mengubah orang tidak baik menjadi baik adalah dirinya sendiri.". jawab Syeh Singaparna.
"Oh.. begitu ya pak ustad, terimakasih.. akhirnya aku bisa mendapatkan jawaban atas kesalahan konsepku selama ini, kalau begitu saya akan pamit untuk pulang kerumah, doakan saya bisa merubah diri saya agar bermanfaat bagi orang lain", Tejo melanjutkan, "Maaf jika saya mengganggu pak ustad, terimakasih, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, semoga Ridho Allah selalu bersamamu nak", jawab Syeh Singaparna
Tejo akhirnya bergegas pulang, dan mencoba memperbaiki hidupnya yang kacau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...