Senin, 03 Juni 2013

Candi Angan diatas Angin

Cinta tak berbatas, tanpa kendali pikir dan datang secara tiba-tiba. Begitu juga yang dialami oleh tokoh kita, dari kerajaan angin melambai, Prabu Teja Dewangkara. Di Kerajaannya, dia adalah seorang raja yang sangat angker, penampilannya santai tetapi mempunyai kebiasaan kalau bicara ceplas-ceplos. Dia mempunyai seorang permaisuri yang jelita, dengan dayang cantik dan menarik. Pada suatu ketika, dia berjalan-jalan menuju sebuah negara tetangga dalam rangka kunjungan kenegaraan. Negara itu adalah negara angin-angin, dengan seorang raja dari negeri atas angin, namanya adalah Prabu Branta Supraba. Dia suka berjalan-jalan dan jarang di kerajaannya. Dia beristrikan seorang permaisuri cantik jelita, Dyah Ayu Ratna Jamilah namanya.
Saat kunjungan kenegaraannya itu, Prabu Teja Dewangkara melihat kemolekan dan kecantikan sang permaisuri negeri angin-angin, Dyah Ayu Ratna Jamilah. Prabu Teja mengagumi kecantikannya dengan pandangan yang sering memperhatikan sesekali. Ternyata, Dyah Ayu Ratna Jamilah pun mengamati sang Prabu Teja Dewangkara yang menurutnya aneh dengan ketampannanya tetapi seolah tak acuh terhadap sekitarnya.
Prabu Teja Dewangkara berbisik kepada pengawalnya, "Siapa Wanita Jelita itu wahai Paman?"
"Dia adalah permaisuri kerajaan Angin-angin paduka, namanya adalah Gusti Maheswari Dyah Ayu Ratna Jamilah, putri dari kerajaan Penanggungan", Jawab sang pengawal.
"Cantik, tetapi bagaimana aku bisa mengenalnya lebih jauh Paman?", tanya sang Prabu lagi.
"Baginda ingin mengenalnya?, benarkah itu baginda?", tanya sang pengawal meyakinkan.
"Kamu tidak percaya aku lagi apa Paman?", tanya dan hardik sang Prabu.
"Maafkan saya baginda, baik... kebetulan saya mempunyai teman Dayang kesayangan dari sang Maheswari, namanya Roro Menik, saya akan menanyakan bagaimana sang Prabu bisa mengenal lebih jauh Maheswari, permisi baginda...", sahut sang pengawal.
"Ya, silakan paman..", jawab Prabu Teja Dewangkara.
Tak lama kemudian, pengawal itupun kembali menghadap sang prabu dengan membawa kabar yang diperoleh dari Roro Menik, dayang pribadi Maheswari.
"Bagaimana paman?", tanya sang Prabu karena sangat menginginkan berita yang di bawa sang pengawal.
"Sendiko Baginda, begini... menurut Roro Menik, dia tidak tahu apakah sang Maheswari mau mengenal Baginda lebih jauh atau tidak, katanya, silahkan sang prabu untuk berusaha sendiri, karena Maheswari hanya akan dekat dengan orang yang berwibawa dan berani berusaha".
Sebenarnya, sang Maheswari juga tertarik kepada Prabu Teja Dewangkara, tetapi semua itu disembunyikan agar tidak menimbulkan peperangan antara dua negara itu.
"Terimakasih Paman...", ucap Prabu Teja Dewangkara.
Sang prabu segera berpikir keras bagaimana caranya mengenal Maheswari lebih dekat. Sang prabu-pun segera mengumpulkan telik sandi dan menggunakan kemampuannya dengan menggunakan aji Bayu Samudra, agar berita yang dibawa oleh siapapun dapat diterimanya dengan baik.
Dengan aji Bayu Samudra itulah, sang prabu memperoleh berita bahwa keadaan kerajaan sang Maheswari sedang dalam kondisi yang kurang baik, dalam hal ini adalah hubungan sang Raja dengan permaisurinya. Berita ini diperoleh dari seorang Pertapa, yang sedeng melakukan meditasi, pertapa itu adalah Begawan Madrin. Setelah mendengar berita ini, maka muncullah itikad sang prabu untuk menemui sang Maheswari.
Sang prabu ingat sebuah ajian yang diperoleh dari Begawan Antagini, gurunya. Dia memberikan warisan sebuah ajian yang dapat digunakan untuk menemui seseorang tanpa harus diketahui orang lain. ajian itu adalaj aji Pati Suara.
Prabu Teja Dewangkara dengan segera mengambil posisi duduk bersimpuh dan mengambil posisi semedi untuk laku aji Pati Suara, dengan membaca mantra... Niat Ingsun Matek Aji Pati Suara...
Jleng.... Anginpun berubah perlahan menjadi lebih hening, dan suasana berubah menjadi dingin bersama dengan munculnya sang Maheswari di depan Prabu Teja Dewangkara.
"Dimanakah aku?", tanya sang Maheswari terkejut, karena dia sedang dikerajaan prabu Teja Dewangkara.
"Maafkan saya, Anda sedang berada di kerajaan saya", jawab sang prabu singkat.
"Kok bisa?", tanya sang Maheswari.
"Saya menggunakan ajian pati suara, sehingga saya bisa mendatangkan anda dengan cepat", jawab sang prabu lagi.
"Kenapa anda memanggil saya?", tanyan sang Maheswari.
"Maafkan kelancangan saya Maheswari, ini saya lakukan demi mengenal Anda lebih dekat, karena entah kenapa, setiap saya melihat Anda ada getaran aneh yang terasa di dada saya", jawab Prabu Dewangkara.
"Kenapa Anda ingin mengenal saya?" kata Maheswari menimpali.
"Karena ada sesuatu yang janggal berkecamuk dihatiku, maukan anda mengenalkan nama Anda?", pinta sang Prabu.
"Bagaimana ya?", jawab sang Maheswari singkat sambil melirik sang prabu.
"Maafkan saya Maheswari, saya tidak bermaksud tidak sopan, saya hanya ingin mengenal Anda lebih jauh karena saya melihat ada sesuatu dalam diri Anda yang membuat saya terperanjak, gusar dan kacau", jawab sang Prabu. 
"Sang Prabu.., benarkah itu?", jawab Maheswari,"Anda terlalu berlebihan".
Sang Prabu Teja Dewangkara masih penasaran, kenapa nama sang Maheswari tidak segera terucap dari bibir manis sang Maheswari. Apakah Mahesawri mau menerima permintaan sang prabu, ataukan menolaknya?
"Apakah aku terlihat dusta? Apakah sorot mataku mengatakan itu?", Jawab sang Prabu dengan cepat tanpa basa-basi lagi.
"Baiklah baginda Prabu, nama saya adalah Dyah Ayu Ratna Jamilah", jawab Maheswari. Kemudian Maheswari melirik kepada sang Prabu, kemudian menghela nafas panjang karena beban yang harus dialaminya. Maheswaripun sebenarnya tertarik kepada sang prabu sejak melihat pertama kali. Dengan berat hati dan malu-malu akhirnya Maheswari mengutarakan isi hatinya kepada sang Prabu.
"Maaf baginda Prabu yang terhormat, bukan maksud saya meragukan kata-kata Anda, tetapi saya hanya memastikan saja, sebab... sejak pertama saya melihat Prabu, hati saya rasanya tidak karuan, kenapa kemunculan Prabu setelah saya menjadi permaisuri dari Prabu Branta Supraba, kenapa?", jawab sang Maheswari.
"Kenapa kamu berkata seperti itu?", tanya sang Prabu ketus
"Anda inginkan jawaba pasti dari saya, Baginda?", tanya Maheswari dengan cepat.
Prabu Teja Dewangkara menganggukkan kepalanya, menandakan keinginannya mengetahui jawaban dari sang Maheswari.
"Tapi... apakah Anda bersedia merahasiakan ini kepada siapapun?, tanpa terkecuali...?", tanya Maheswari menimpali lagi.
"Siap Maheswari....!" jawab Prabu singkat
"Saya berkata demikian karena saya tertarik dengan Anda, dan saya ingin mengenal Anda dengan sebaik mungkin dengan cara kita berbicara hanya menggunakan aji Pati Suara ini.", jawab Maheswari dengan wajahnya memerah menandakan semangat dan malu bercampur menjadi satu.
Sejak saat itulah, Prabu Teja Dewangkara dari negeri Angin Melabai dan Maheswari Dyah Ayu Ratna Jamilah dari negeri Angin-angin melakukan hubungan dengan menggunakan aji Pati Suara.
Demi hubungan mereka, Prabu Teja Dewangkara memberikan hadiah kepada negeri Angin-angin sebuah Candi dengan lambang Lingga dan Yoni, sebagai lambang cinta yang terpendam kepada Maheswari, dengan persembahan Candi Angan di atas Angin, bangunan megah di perbatasan negeri Angin Melambai dan Angin-angin, tetapi masuk dalam batas negeri Angin-angin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...