Senin, 15 April 2013

Amatiran UN 2013

Ujian Nasional, sebuah kalimat pendek yang sangat menakutkan bagi yang akan mengalaminya. Kenapa?
Ujian Nasional seolah menjadi hakim bagi kelulusan siswa-siswi yang hanya berdasar pada hari pelaksanaannya, dan hanya untuk mata pelajaran yang diujikan.
Ujian Nasional 2013, untuk setingkat SMA/MA/SMK memang menurut jadwal dilaksanakan serentak seluruh Indonesia dalam rangka menilai kualitas pendidikan nasional kita, tetapi sangat disayangkan, menurut persepsi penulis, Ujian Nasional 2013 gagal karena dilakukan dengan amatiran. Kenapa penulis mempunyai persepsi seperti itu?

  1. Ujian Nasional 2013 menurut MA seharusnya ditiadakan (penulis tidak sependapat dengan MA), tetapi justru tingkat kesukaran UN 2013 ditambah.
  2. Pelaksanaan Ujian Nasional 2013 seharusnya dilaksanakan 15-18 April secara serentak, ternyata ada 11 provinsi di Indonesia yang diundur pelaksanaannya, yaitu  Bali, Kaltim, Kalsel, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, NTB, NTT, Gorontalo dan Sulbar dimulai 18 April 2013
  3. Menteri Pendidikan M. Nuh dengan begitu mudahnya menyatakan ada kesalahan teknis
  4. Soal ujian 20 paket membuat percetakan resah? Sebetulnya kalau ditangani dengan benar, percetakan penerima tender bisa melakukannya dengan baik juga.
  5. Pengawas tidak perlu membubuhkan tanda tangan di amplop LJUN. Lalu siapa yang bertanggung jawab atas kevalidan jumlah LJUN?
  6. LJUN tidak dimasukkan plastik khusus, padahal tercantum ada plastik khusus untuk LJUN dalam amplop soal. Apakah Plastiknya meleleh di perjalanan pengiriman soal UN 2013?
Dari 6 alasan tersebut, pertanyaan yang muncul, SIAPAKAH YANG BERSALAH?
Tentu saja semua pihak yang terkait dengan UN 2013 tidak mau disalahkan, dan mereka akan mencari pembenaran diri sendiri. Akan tetapi, menurut penulis, inilah saatnya profesionalitas dijunjung tinggi, bukan hanya saling melempar kesalahan pada orang lain, yang boleh dikatakan sebagai tindakan amatiran beberapa komponen yang berkepentingan.

Dari semua itu, yang paling bisa bertanggungjawab adalah menteri pendidikan, karena semua dibawah kendali M. Nuh. Apakah amatiran UN 2013 ini bisa digunakan sebagai standar mutu pendidikan kita? Padahal M. Nuh menyatakan agar pendidikan kita kualitasya ditingkatkan, bagaimana bisa meningkat jika Penguasa Kebijakan dan Stake Holder yang berkompeten tidak profesional dalam melaksanakan tugasnya?
Seharusnya Mendikbud tidak dengan begitu mudahnya enyatakan kesalahan teknis, karena UN adalah ujian tingkat nasional, yang akan digunakan bahan acuan oleh negara tetangga tentang kualitas pendidikan NKRI. 

Mendikbud seharusnya dengan legowo MENGUNDURKAN DIRI dari jabatannya jika memang merasa gagal, jangan menyalahkan GURU yang salah dalam memberikan materi dengan merombak Kurikulum secara revolusioner, karena dengan perombakan Kurikulum secara Revolusioner akan menyebabkan kualitas pendidikan kita jauh lebih buruk, apalagi dengan pejabat yang menangani yang hanya bisa melemparkan kesalahan pada peserta didik dan guru. 

Indonesia punya tata pola pendidikan tersendiri Bung...! Jangan hanya adopsi kurikulum luar negeri yang akhirnya akan membuat pendidikan di negara kita, NKRI "AMATIRAN", terbukti dengan pelaksanaan "UN 2013 yang AMATIRAN!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...