Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi
tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat
Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan
mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah
orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu
‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran
beliau.
Perlu diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi,
maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al
Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama
bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam
pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan
malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan
‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim
dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun
Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul
‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain
–radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu
Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun)
pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid, hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau
‘Ubaidiyyun. Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan
punya i’tiqod baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar (Menyingkap rahasia dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak
disangsikan lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun,
kebanyakan dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim,
sering menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang
wajib, paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al
Kitab dan As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli
bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani
Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan
Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah
Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat
daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih
utama daripada Daulah Fatimiyyun.”
Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di
antara manusia yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.” (Majmu’ Fatawa, 35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?
Bani Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab (silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan. Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama,
“Sudah diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa
yang menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap
mereka memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah
suatu anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.”
(QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun ulama yang
menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka sampai pada Fatimah.”
Begitu pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab
mengingkari klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada
Fatimah].” (Wafayatul A’yan, 3/117-118)
Perhatikanlah pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak
perayaan yang dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada
25 perayaan. Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan
hari raya orang Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru
Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas
(perayaan tiga hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh
dari Islam. Bahkan perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh
Fatimiyyun tadi hanyalah untuk menarik banyak masa supaya mengikuti
madzhab mereka. Jika kita menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa
mereka memiliki aqidah yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah
Batiniyyah yang sesat. (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy
dalam kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani
‘Ubaidiyyun’, beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan
Majusi. Cara beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani.
Bahkan yang paling ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah
(Tuhan yang disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali
memiliki kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi
dan Nashrani.
Al Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan
panjang lebar mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu
pula Abu Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnya Fadho-ihul Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al Hawliyah, 142-143)
Inilah sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang
tidak mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya.
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Pertama: Maulid
Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh. Tidak
kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya, bahkan
dari imam madzhab.
Kedua:
Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad
tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al
Ayubi pada tahun 546 H.
Ketiga:
Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai
aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun
adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari
ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
Keempat:
Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang
pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah
ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat
sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang
yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.
Sumber: rumaysho.com
Publikasi: artikelassunnah.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar