Pertama, perlu
kita ingat bahwa seorang muslim harus beriman kepada perkara yang
ghaib, yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera tetapi sudah
dinyatakan keberadaannya oleh dalil. Allah ta’ala mengingatkan ;
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“Kitab
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.” (Al Baqarah : 2-3).
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari
Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. Dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian.” (Al Isra’ : 82).
Seorang muslim juga harus percaya bahwa
Al Qur’an –dengan izin Allah-memiliki kekuatan yang luar biasa. Allah
ta’ala menegaskan :
لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا
الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ
خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَفَكَّرُونَ
“Kalau sekiranya Kami
turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya
tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.” (Al Hasyr : 21).
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai
kuburan, sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang di dalamnya
dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim no. 780)
Rasulullah -shalallahu alaihi wa alihi wasallam- juga bersabda:
إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ
“Apabila azan dikumandangkan maka setan akan lari sambil kentut hingga dia tidak mendengarkan azan lagi. (HR. Al-Bukhari no. 608 dan Muslim no. 389 dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu-).
Dan setan termasuk bangsa jin. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
“Dan (ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam.” Maka
sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, lalu dia
mendurhakai perintah Tuhannya.” (Al Kahfi : 50).
Jika yang dimaksud dengan kepanasan adalah seperti kepanasannya jin
yang diruqyah, maka itu tidak terjadi. Sebab, asal penciptaan mereka
berbeda. Jin diciptakan dari api, sedangkan manusia yang kafir itu
diciptakan dari tanah. Allah ta’ala yang telah menetapkan seperti itu
agar ada orang kafir yang mendapat hidayah setelah mendengarkan bacaan
Al Qur’an.
Adapun bila yang dimaksud dengan
kepanasan adalah kegelisahan hati mereka dan kebencian mereka terhadap
bacaan Al Qur’an itu, maka itu terjadi pada sebagian mereka. Allah
ta’ala berfirman :
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
“Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang
yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka:
“Ini adalah sihir yang nyata”. (Al Ahqaf : 7).
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا
بَيِّنَاتٍ مَّا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلَّا أَن قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا
إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
“Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka
selain dari mengatakan: “Datangkanlah nenek moyang kami jika kalian
adalah orang-orang yang benar.” (Al Jatsiyah : 25).
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ
آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ تَعْرِفُ فِي وُجُوهِ الَّذِينَ كَفَرُوا الْمُنكَرَ
يَكَادُونَ يَسْطُونَ بِالَّذِينَ يَتْلُونَ عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا
“Dan apabila dibacakan di
hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat
tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu.
Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat
Kami di hadapan mereka.” (Al Hajj : 72).
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ
آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالُوا مَا هَٰذَا إِلَّا رَجُلٌ يُرِيدُ أَن
يَصُدَّكُمْ عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُكُمْ وَقَالُوا مَا هَٰذَا إِلَّا
إِفْكٌ مُّفْتَرًى وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ
إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُّبِينٌ
“Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang, mereka berkata: “Orang ini
tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang ingin menghalangi kalian dari
apa yang disembah oleh nenek moyang kalian”, dan mereka berkata: “(Al
Quran) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja”. Dan
orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran tatkala kebenaran itu
datang kepada mereka: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”. (Saba’
: 43).
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ
آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ
بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَٰذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ
أُبَدِّلَهُ مِن تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ
إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al Quran yang
lain dari ini atau gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku
menggantinya sesuai kemauan diriku. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku
kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (Yunus : 15).
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ
آيَاتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي
أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan apabila dibacakan
kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri
seolah-olah belum mendengarnya. Seakan-akan ada sumbat di kedua
telinganya. Maka berilah dia kabar gembira dengan azab yang pedih.
(Luqman : 7).
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
“Dan orang-orang yang
kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al
Quran ini, dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat
mengalahkan mereka”. (Fushshilat : 26).
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ
آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَٰذَا
إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ
“Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya Kami telah
mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau Kami menghendaki niscaya
Kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain
hanyalah dongeng-dongengan orang-orang terdahulu”. (Al Anfal : 31).
Jin yang kepanasan ketika diruqyah dengan Al Qur’an tidaklah
langsung lari. Biasanya mereka akan berteriak dan meminta kepada orang
yang meruqyah untuk menghentikan bacaan. Nah, saat itulah kesempatan
untuk mengajaknya masuk Islam.
Tetapi para ulama mengatakan hendaknya
orang yang meruqyah sebisa mungkin tidak berbicara kepada jin yang ada
pada tubuh orang yang diruqyah, karena hal itu lebih banyak madharatnya
daripada manfaatnya. Bangsa jin terkenal sebagai bangsa yang banyak
berdusta, sehingga walaupun jin itu sudah bicara tentang banyak hal yang
menghabiskan waktu, perkataannya tidaklah bisa dipegang. Kemudian
percakapan antara peruqyah dengan jin itu dijadikan sebagai waktu untuk
istirahat dan memulihkan kekuatan oleh jin itu karena si peruqyah tidak
lagi membacakan Al Qur’an. Percakapan tersebut juga menjadikan si sakit
lebih menderita karena tubuhnya menjadi lebih lama dikendalikan oleh jin
itu.
Jin yang diruqyah dengan Al Qur’an tidaklah langsung kepanasan. Hal
ini tergantung dengan kadar keikhlasan dan kekuatan iman si peruqyah,
konsentrasi si penderita dalam mendengarkan ayat-ayat tersebut, serta
sejauh mana dia menghadap kepada Allah ta’ala.
Si peruqyah hendaknya tidak terlalu
bersemangat menjadikan jin tersebut masuk Islam. Sebab, sebagaimana
telah dijelaskan bahwa bangsa jin terkenal sebagai bangsa yang banyak
berdusta. Sehingga walaupun secara dhahir jin itu sudah membaca syahadat
dan berjanji untuk melaksanakan ajaran Islam, tetapi merupakan perkara
yang mudah jika setelah jin itu keluar dari tubuh si sakit, dia akan
kembali kafir. Lagipula, tujuan utama dari ruqyah itu adalah mengusir
jin tersebut dari tubuh si sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar