Seorang laki-laki ditinggal mati
istrinya. Dia hidup bersama anak laki-lakinya yang berumur 7 tahun.
Kemudian, lelaki tersebut menikah lagi dengan seorang perempuan yang
berhati kasar, selalu membenci anak tirinya. Saking jahatnya, dia
melarang anak tirinya untuk bersekolah. Untuk mengganti kesibukannya,
perempuan itu membelikan seekor kambing untuk digembalakan anak tirinya.
Wanita itu senantiasa menghukum anak tirinya jika berbuat salah, baik
kesalahan yang besar maupun kecil tentang urusan kambing itu. Suatu hari
anak tirinya berbuat salah, lalu dia mengikatnya di kandang kambing.
Anak tirinya mencapai usia 15 tahun
sementara anak wanita ini berumur 8 tahun. Di usia inilah tenggorokan
anak yang dimanja tersebut terserang penyakit sehingga tidak bisa
berbicara. Kemudian, anaknya mati dalam usia dua belas tahun. Adapun
anak tirinya karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang, pergi
meninggalkan rumah ketika berumur 19 tahun, ia tidak tahan terhadap
perlakuan kasar ibu tirinya. Kemudian, ayah kandung anak tersebut
mencari anaknya yang hilang, namun tidak berhasil menemukannya. Tiga
tahun berlalu, kesedihan pun tak kunjung sirna. Bahkan, terasa begitu
mendalam sejak ia kehilangan anaknya, lalu sang ayah meninggal dunia.
Sepeninggal ayahnya, seluruh harta
warisan jatuh ke tangan ibu tirinya.Tetapi, pihak pemerintah masih
mencari siapa Ahli waris lainnya. Kemudian, diketahui bahwasanya anak
tiri tersebut tinggal di Amerika Latin, menjadi seorang yang kaya raya.
Ketika anak yang kering kasih sayang itu
mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal dunia, ia mengirim surat kepada
ibu tirinya untuk menghiburnya dan mengirim sejumlah uang untuk
digunakan sesuai keinginannya serta akan mengunjunginya dalam waktu
dekat.
Surat itu terasa lebih tajam dari
tusukan tombak. Perempuan berhati kasar itu lalu menyesali sikapnya
terhadap anak tirinya. Dan ketika anak tirinya tersebut benar-benar
datang, dia menyaksikan ibu tirinya kurus dan lemah. Dan wajahnya
terpancar penyesalan dan kesedihan yang mendalam.
Ketika perempuan itu bertemu dengan anak
tirinya, dia mengakui kesalahannya dan meminta maaf serta beristighfar
kepada Allah atas perbuatan dosanya kepada anak tirinya di mass lampau.
[
Min Gharibi ma Saaluni, Jilid 2]
Dikutip dari Buku Bila Amal Dibayar Kontan, Penerbit Darul Falah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar