dakwatuna.com - “Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan…” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Alasan
mengapa banyak ulama yang mengawali berbagai buku dan karangannya
dengan hadits ini – di antaranya Imam Bukhari dalam kitab shahihnya dan
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin, Al-Adzkar, dan Al-Arba’in An-Nawawiyah -
adalah agar para pembaca menyadari betapa pentingnya niat, sehingga ia
akan meluruskan niatnya hanya karena Allah, baik ketika menuntut ilmu
atau melakukan perbuatan baik lainnya.
Agama bertumpu pada dua
hal: sisi lahiriyah (perbuatan) dan sisi batiniyah (niat). Dalam ibadah
inti, seperti Shalat, Haji, dan Puasa, keberadaan niat merupakan rukun.
Sehingga amalan tersebut tidak akan bernilai ibadah jika tidak diiringi
dengan niat. Namun kenyataannya niat saja tidak cukup. Semua perbuatan
baik dan bermanfaat, jika diiringi niat yang ikhlas dan hanya mencari
keridhaan Allah. Jika sudah demikian barulah perbuatan tersebut bernilai
ibadah.