Sebuah kenangan yang selalu menjadi sebuah hamparan
pengharapan, meski pengharapan itu adalah pengharapan semu. Itulah kata yang
tepat bagi Tejo, seorang konsultan perencana tata kota jika teringat akan
seorang akuntan bernama Rina. Suatu hari, mereka berbincang melalui Skype.
Mereka saling teringat masa lalu, dimana kehidupan itu hanyalah sebuah hiburan
dengan penuh canda tawa, tanpa adanya beban yang berat yang menjadi tanggungan
masing-masing.
085xxxxxxxxx dicall melalui skype oleh Tejo, dan
nada sambung telah berbunyi...
“Selamat pagi...”, ada suara dengan wajah muncul
dilayar, wajah yang tidak asing bagi Tejo.
“Selamat pagi juga, pa kabar Rin?”, sahut Tejo yang
terbata-bata tetapi lugas.
“Baik... kamu sendiri?, kok kelihatan kaget melihat
wajahku di skype? Aneh ya? Atau lucu?”, tanya Rina pada Tejo.
“Tidak kok... Cuma beda aja gitu... tidak ada acara
hari ini?” taya Tejo sekenanya.
“Ada, ini lima menit lagi ku ada meeting ma
konsultan pengembangan perumahan.”, jawab Rina
“Yach... !”, keluh Tejo sesaat, “tetapi tidak
apalah, daripada tidak sama sekali, lima menit juga lumayan”, lanjut Tejo.
“Maaf ya... “, tukas Rina, “sebenarnya aku juga
tidak puas jika hanya bisa berbincang selama lima menit, tapi its ok,
masalahnya waktu yang tidak memungkinkan..!”, lanjut Rina.
Kemudian perbincangan mereka semakin lama semakin
jauh, sampai pada akhirnya mereka menemukan sebuah tema arti dirimu bagiku.
“Jo... aku penasaran nih, kalau boleh tahu... apa
arti aku bagimu?”, tanya Rina pada Tejo dengan wajah yang sangat serius.
“Aku bukan apa-apa bagimu ya Jo?”, tukas Rina.
“Kamu salah Rin, sori aku tidak bisa ungkapkan
dengan kata-kata” Jawab Tejo.
“Pasti karena kamu menganggapku bukan seseorang
yang spesial lagi kan?”, gerutu Rina dengan wajah agak kecewa.
Tejo akhirnya berpikir untuk merangkai kata yang
sebenarnya sudah ada dalam hatinya. “Begini Rin... kamu itu bagiku tidak spesial,
tapi bagaikan mutiara yang sangat berkilauan.. kamu adalah motivasi terbesarku
dalam meraih mimpiku.. Aku bisa menjadi konsultan karena aku tahu bahwa kamu
adalah seorang akuntan.. bagaimana aku bisa berhadapan dengan kamu lagi jika
aku bukan apa-apa sedangkan kamu adalah seorang yang mapan. Kamu adalah sebuah
jiwa yang membangun sebuah harapan, ketiadaan akan dirimu membuatku terbangun
bahwa aku harus bisa mengejar mimpi, tidak hanya sebagai seorang pemimpi”, Tejo
menjelaskan pada Rina, “Kamu adalah cinta abadiku yang pasti tidak akan lekang
oleh panas dan tidak akan lapuk karena air hujan”.
“Kalau aku memang cinta abadimu, kenapa kamu
meninggalkan aku, bahkan tidak mau mengejarku?, Tukas Rina.
“Bagaimana aku mengejar kamu jika kamu sudah tidak
sendiri lagi, apakah itu etis?,”, jawab Tejo.
Rina terlihat meneteskan air mata demi mendengar
penjelasan dan jawaban Tejo. Tejo kemudian membalikkan pertanyaan pada Rina, “Rin...
kalau artiku bagimu apaan?, tanya Tejo.
Dengan masih tersedu, Rina menjawab pertanyaan
Tejo. “Arti kamu bagiku adalah.....”, Rina mengusap air mata yang turun di
pipinya, kemudian melanjutkannya kembali, “Kamu bagiku adalah secercah cahaya
yang menyinari hari-hri kelamku, motivasiku untuk tetap bertahan, semangat
hidupku... meski aku tidak bisa memilikimu tapi aku sangat sayang padamu”. jawab
Rina.
Terlihat seorang wanita muda membuka pintu ruang
kerja Rina, dia lalu memberitahu bahwa pertemuan segera dimulai. Rina akhirnya
menutup perbincangan dengan Tejo, “maaf ya.. aku harus meeting... kapan-kapan
kita lanjutkan lagi....”, kata Rina dengan sesekali masih mengusap air matanya.
“Ok... trims atas kesempatannya... kapan-kapan
masih bisa dilanjut lagi kok, bye...”, jawab Tejo.
“Bye...”, sahut Rina. Lalu merekapun menutup skype
dengan membawa arti... sebuah arti aku bagimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar