Suatu hari Tejo sedang berjalan di pegunungan dan
menemukan sebongkah berlian dalam sebuah sungai. Tak lama kemudian ia bertemu
dengan seorang pejalan lain yang tampaknya sangat kelaparan. Lalu Tejo membuka
tas ranselnya dan memberikan beberapa potong roti padanya. Tanpa sengaja
pejalan yang kelaparan itu melihat batu berlian itu berkilauan dan memohon agar
ia diberikan batu berlian itu saja. Tejo memberikannya begitu saja tanpa berat
hati.
Pejalan itu meninggalkan Tejo dengan gembira. Ia
merasa sangat beruntung karena telah mendapat batu berlian tiada ternilai
harganya. Bila ditukar, berlian itu dapat memenuhi semua kebutuhan selama
hidupnya.
"Telah aku pikir-pikir," katanya.
"Saya tahu betapa tak ternilainya harga batu berlian ini, tapi kali ini
aku kembalikan padamu dengan harap agar kau berkenan memberikan padaku sesuatu
yang jauh lebih berharga. Mohon berikan padaku sesuatu yang ada dalam jiwamu
yang membuatmu mampu memberikan batu berlian ini padaku."
Terkadang yang dibutuhkan orang lain bukanlah
kekayaan yang kau berikan pada mereka, tetapi apa yang ada dalam dirimulah yang
dibutuhkan oleh orang lain.
Tejo kemudian memberikan petuah pada sang pejalan
kaki,
Tahukah engkau,
engkau menanam pohon tapi tak mengajak tanah
engkau menanam pohon tapi tak mengajak air
engkau menanam pohon tapi tak mengajak musim
engkau menanam pohon tapi tak mengajak pohon
engkau hanya menanam dirimu sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar