Jumat, 25 Oktober 2019

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk menemui Tejo di rumah makan khas Jepang.
Galuh kemudian mengabari Tejo untuk menemuinya di rumah makan Idesu Watanabe. Tejo segera bergegas ke rumah makan tersebut. Sesampai disana dia mencari keberadaan Galuh. Biasanya Galuh mengambil posisi di belakang. Tejo kemudian melangkah ke belakang. Benar ternyata, tetapi Galuh tidak sendirian. Dengan siapakah dia?
"Selamat siang, Galuh...", sapa Tejo.
"Oh... Mas Tejo, sini mas....", jawab Galuh.

Kamis, 17 Oktober 2019

Bagong, si Lucu


Bagong berbadan pendek, gemuk seperti semar tetapi mata dan mulut lebar. Ia memiliki watak banyak bercanda, pintar membuat lelucon, bahkan terkadang saking lucunya menjadi menjengkelkan. Beradat lancang, tetapi jujur, dan juga sakti. Kalau menjalankan tugas terkadang tergesa-gesa kurang perhitungan. Bagong bersuara besar dan kedengaran agak kendor di leher. Ada yang mengatakan kalau Bagong berasal dari kata Baghoo (bahasa Arab) yang artinya senang membangkang/ menentang, tidak mudah menurut atau percaya pada nasihat orang lain.

Rabu, 16 Oktober 2019

Petruk, si Penderma

Petruk adalah sejenis Gandarwa, sama dengan Gareng. Ciri fisiknya adalah hidungnya mancung, tinggi dan perutnya buncit. Nama lain Petruk adalah Kanthong Bolong artinya suka berdema. Nama lainnya adalah Doblajaya, artinya pintar. memang Petruk paling pandai dan pintar bicara. Petruk selalu menghibur tuannya ketika dalam kesusahaan menerima cobaan, mengingatkan ketika lupa, membela ketika teraniaya. 

Intinya, Petruk bisa momong artinya bisa mengasuh, momot artinya dapat memuat segala keluhan tuannya, dapat merahasiakan masalah, momor artinya tidak sakit hati ketika dikritik dan tidak mudah bangga kalau disanjung, mursid artinya pintar sebagai abdi, mengetahui kehendak tuannya dan murakabi artinya bermanfaat bagi sesama.

Gareng, si baik hjati

Gareng adalah keturunan dari Gandarwa, sejenis bidadara, yaitu malaikat (menurut beberapa kepercayaan). Dia adalah makhluk berjenis kelamin laki-laki dan merupakan pemusik, seniman dari dunia para dewa. Musiknya sangat menyejukkan hati, sehingga kita bisa terlena terbawa kedalam kedamaian sejati.

Gareng digambarkan sebagai makhluk dengan kaki pincang, sehingga ketika berjalan dia tidak dapat sempurna. Gareng juga digambarkan mempunyai mata yang tidak sempurna, yaitu mata yang juling, sehingga orang kadang tidak tahu arah fokus pandangan dari Gareng. Tangannya juga tidak sempurna, lebih mudah dibahasakan Ceko. Gareng senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong orang lain. 

Selasa, 15 Oktober 2019

Semar, si Penasehat

Semar, yang lebih terkenal dengan nama Ki Lurah Badranaya, dia yang mempunyai sifat yang membuat kita bertanya-tanya, sebenarnya siapakah dia?

Dia yang ada itu sesungguhnya tidak ada. 
Dia yang sesungguhnya ada, ternyata bukan. 
Dia yang bukan dikira iya. 
Dia yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru. 
Dia maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut semar yang artinya tersamar, atau tidak jelas. 

Senin, 25 Maret 2019

Baiklah

Sebuah kata yang sangat mudah untuk kita ucapkan, meski tanpa ada rencana atas konsekuensi yang harus diterima. Banyak orang dengan sangat mudahnya mengucapkan kata ini, semudah membalikkan telapak tangan. 
Sebuah kata yang sebenarnya tidak tepat untuk mempermudah suatu urusan, tetapi penuh dengan konsekuensi. Semisal, jika da pertanyaan, apakah kamu bersedia untuk menjadi pemimpin negeri ini?
Jawaban yang akan sangat mudah diucapkan, apakah itu? Jawabnya adalah "Baiklah", tanpa berpikir bahwa itu adalah tanggung jawab yang sangat besar. Sebuah jawaban yang mempermudah segala urusan, yang sebenarnya belum tentu dia kuat untuk mempertangungjawabkannya.

Kamis, 21 Maret 2019

Pertemuan kembali Galuh dan Tejo

Sekembalinya dari Kediri, Tejo menyempatkan diri untuk beristirahat di Mojokerto. Dia merasa sedikit penat dengan pekerjaan yang dia lakukan, ditambah jarak yang lumayan jauh dari Kediri ke Gresik, yang kalau dihitung kurang lebih 127 km. 
Tejo menyempatkan diri menikmati reruntuhan kerajaan Majapahit, kemudian ke Pacet dan menginap di sana.

Rabu, 28 Maret 2018

Satu Kata

Suatu hari, Tejo berjalan-jalan ke daerah pedalaman, di tengah hutan belantara, dimana hanya ada nyamuk, ngengat dan kodok yang menjadi teman sepanjang perjalanannya. Dalam perjalanannya itu, Tejo merasa lelah, dan akhirnya bersandar di pohon Gaharu yang harum baunya. Dalam istirahatnya itu, Tejo melamun.
Setelah beberapa saat melamun, dia akhirnya tertidur pulas dengan mimpi indah di dalamnya. Dia bertemu dengan peri hutan yang sangat cantik, Galuh namanya. 
"Hai manusia, kenapa kamu berada di sini?", tanya Galuh, yang sebenarnya Tejo awalnya tidak mengenalnya. 
"Siapa engkau... kenapa engkau berada di tengah hutan seperti ini?, Apakah orangtuamu tidak mencarimu?", tanya Tejo sambil tergagap.

Kamis, 01 Maret 2018

GILA

“Gila”, sebuah kata yang terucap dari mulut Tejo, seorang pemuda dari kampung Medang. Dia terkaget-kaget melhat sebuah kejadian yang belum dia lihat di depan matanya. Dia benar-benar terperanjak melihat sebuah fenomena jatuhnya puluhan ular besar dari tebing, dimana ukuran masing-masing ular sebesar pohon kelapa.
Dia pun akhirnya lari terbirit-birit karena sangat takut, karena ukuran ular yang sangat besar. Saat berlari, Tejo tidak memperhatikan jalan dan akhirnya dia terpeleset jatuh ke jurang yang ada di sekitarnya.

Rabu, 07 Februari 2018

Fairy Memories

Dalam keheningan malam, dalam tidur nyenyaknya, Tejo bermimpi bertemu dengan bidadari cantik yang terbang dengan satu sayap di belakangnya. Dalam mimpinya, Tejo bercakap-cakap dengan bidadari itu.
"Siapa Engkau?", tanya Tejo saat melihat bayangan Bidadari terbang melintas di atas kepalanya.
Sang Bidadari kaget, kenapa ada manusia yang bisa melihatnya. Dengan cepat bidadari itu turun menghampiri Tejo yang sedang memandanginya. 
"Kamu bisa melihatku?, siapa namamu?", tanya sang Bidadari
"Oh.. Aku Tejo, siapa namamu?", tanya Tejo pada sang Bidadari

Sabtu, 27 Januari 2018

Paimin dan Rijalul Ghaib (Part 7-Ending)


Pagi hari ini, Tejo, Paimin, Panjul beserta anggota klub manasuka berjalan-jalan ke daerah Bukit Menoreh untuk melakukan ritual terakhir dalam rangka pengkajian rijalul Ghaib yang terakhir. Paimin berkata, “baiklah, mari kita mulai kajian kita. Kajian ke 31 : Janganlah terobsesi dengan Alam Ghoib karena akan kecewa adanya. Mendekatlah dengan yang menciptakan Alam Ghoib yaitu Alloh swt. Mintalah izin pada Alloh swt agar di perkenankan untuk mendalami Dunia keghoiban. Jika Alloh swt sudah berkenan dan Ridho terhadap seorang Hamba maka apapun yang tidak mungkin akan menjadi mungkin karena tidak ada yang mustahil bagi Alloh swt.

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...