“Gila”,
sebuah kata yang terucap dari mulut Tejo, seorang pemuda dari kampung Medang.
Dia terkaget-kaget melhat sebuah kejadian yang belum dia lihat di depan
matanya. Dia benar-benar terperanjak melihat sebuah fenomena jatuhnya puluhan
ular besar dari tebing, dimana ukuran masing-masing ular sebesar pohon kelapa.
Dia
pun akhirnya lari terbirit-birit karena sangat takut, karena ukuran ular yang
sangat besar. Saat berlari, Tejo tidak memperhatikan jalan dan akhirnya dia
terpeleset jatuh ke jurang yang ada di sekitarnya.
“Aduh...”,
teriak Tejo kesakitan. Kemudian dia menengok kanan kirinya, dia kaget melihat
ada tempat tidur di sebelahnya.
“Alhamdulillah...”,
ucap Tejo, yang menyadari bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi. Dia sangat
bersyukur, karena dia benar-benar takut akan kejadian itu.
Pagi
harinya, Tejo bersiap untuk berangkat kuliah di daerah Ciamis. Dengan
mengendarai motor kesayangannya, dia melaju ke tempat kuliah yang harus
ditempuh selama 30 menit dari rumahnya melalui hutan dan tebing berjurang.
Sesampainya
di kampus, Tejo melihat ada keramaian. Dia penasaran lalu mendekatinya.
Ternyata ada kakak seniornya, meski beda fakultas,tetapi Tejo mengenalnya,
Basiyo dan Truno sedang beradu argumen. Mereka berdua tampak sangat tegang,
dengan muka memerah Basiyo menyalahkan Truno karena menyenggol motor Basiyo,
Trunopun menyalahkan Basiyo karena mengerem mendadak, padahal jalan sepi.
Setelah
di damaikan oleh Restu, teman seangkatan Truno dan Basiyo, kegaduhan pumereda,
tetapi mereka berdua tetap tidak saling sapa. Hal ini terjadi sampai mereka
selesai kuliah.
Selesai
kuliah, Tejo kembali pulang dan pada malam harinya selesai membaca buku, Tejo
mempersiapkan diri untuk tidur. Dia pun akhirnya terlelap dalam mimpi.
“Gila...”,
teriak Tejo sembari berlari. Tejo melihat ada dua harimau sedang memperebutkan
buruan yang sedang dikejar melalui hadapan Tejo. Korbannya adalah seorang
wanita setengah baya. Wanita itu masih hidup, dan berlarian menghindari
harimau-harimau itu. Dengan galau, Tejo memberanikan diri untuk menghalau kedua
harimau itu dengan obor, meski Tejo tdak tahu darimana asal obor itu.
“Hush...Hush...”,
teriak Tejo dengan sangat keras, membuat kedua harimau itu pergi meninggalkan
Tejo dan buruannya. Setelah harimau-harimau itu pergi, Tejo terjatuh lemas
karena sangat berdebar mengusir dua mahluk ganas tersebut. Tejo pingsan, dan
setelah sadar dia mendapati dirinya diatas ranjangnya, dan dia berfikir atas
kejadian tersebut dan bersyukur karena itu hanya mimpi.
Seperti
biasanya, Tejo berangkat ke kampus melewati jalan favoritnya, yang dia sudah
hafal betul. Sesampai dikampus, dia meletakkan tasnya kemudian keluar untuk
bercengkerama dengan teman-temannya. Jantungnya berdegup kencang, ketika
diantara teman-temannya ada Galuh, adik tingkat beda fakultas yang merupakan
gadis pujaannya ada diantara mereka. Dia meberanikan diri untuk menyapanya.
“Selamat
pagi Galuh, apa kabar?”, Tejo berbasa-basi.
Teman-teman
Tejo tersenyum melihat tingkah aneh Tejo yang jelas terlihat sangat gugup
melihat Galuh. Galuh tersenyum dengan masis dan membalas sapa Tejo.
“Alhamdulillah
baik mas, mas juga kan?”, jawab Galuh dengan manis dan suaranya terdengar
sangat merdu ditelinga Tejo, bak biduanita sedang menyanyikan lagu favorit
Tejo.
“Al..Alhamdulillah
baik...”, jawab Tejo terbata-bata. Tejo mengalihkan kegugupannya dengan
menanyakan apakah kemarin melihat kejadian antara Basiyo dan Truno kepada
Galuh. Galuh mengangguk mengiyakan.
“Kalau
boleh tahu de, eits, boleh aku panggil de kan?”, tanya Tejo
“Boleh
mas”, sahut Galuh masih dengan senyum manisnya itu, yang membuat jantung Tejo
serasa copot. Gila...., pikir Tejo dalam hati, manis sekali gadis ini.
“Kalau
boleh tahu, kemarin itu masalahe apa to antara Basiyo dan Truno?”, tanya Tejo
mengalihkan kegundahan hatinya.
“Oh,
itu mas, masalahnya berawal saat Susi, teman seangkatannya mengalami sakit,
mereka kan dalam satu organisasi, Basiyo sebagai ketuanya, Susi tidak bisa
hadir karena alasan kontrol, tetapi Truno mengatakan pada Susi bahwa boleh
langsung tidak masuk, tidak harus ijin kepada Basiyo, tetapi Basiyo pengennya
Susi pamit kepadanya, maklum Basiyo itu orangnya pengen sekali diajeni, dan
Truno juga keras. Mereka berdua sempat saling caci karena hal itu. Kemudian
Basiyo pergi begitu saja naik motornya, begitu juga Truno. Melihat Truno ada
dibelakangnya, Basiyo mengerem mendadak dan akhirnya terjadilah crash kemarin
itu”, Galuh menjelaskan kejadiannya dengan sangat gamblang. “Oh ya mas, maaf, ade
masuk ujian dulu ya.., dosennya sudah masuk tuh..”, Galuh berpamitan kepada
Tejo untuk Ujian mata kuliah.
“Ya
de, ntar ketinggalan materinya kalau kita hanya bercakap-cakap disini, semoga
nilainya bagus ya...”, jawab Tejo sembari mendoakan Galuh.
“Truno...
kesini...”, teriak Baiyo sangat keras. Dia berlari mendekati Truno dengan muka
memerah.
“Apa..
mau berkelahi denganku?”, jawab Truno dengan lantang
Mereka
berdua akhirnya terlibat adu mulut. Sebelum keduanya sampai adu jotos, Tejo
mendekati mereka, dia berusaha melerai mereka. Tejo mengajak mereka ke warung
di belakang kampus dan menenangkan mereka, mereka menuruti ajakan Tejo. Tejo
memberi masukan kepada mereka berdua untuk bersabar dan menyelesaikan dengan
cara damai dan dewasa menyikapi masalah, bukan dengan cara berkelahi.
Akhirnya
mereka berdua bersalaman dan saling memafkan. Tejopun gembira melihat hal ini.
Dia melirik jam tangannya, “Waduh... kuliahku dah masuk 30 menit lalu..., jelas
tidak bisa masuk ini..”, ucap Tejo.
Basiyo
dan Truno yang sudah berbaikan balik mengejek Tejo. “Kasihan deh lu Jo...!”,
ucap mereka berdua hampir bersamaan.
Meskipun
tidak bisa masuk kuliah, Tejo sangat senang bisa mendamaikan Basiyo dan Truno.
Dia teringat mimpinya tadi malam, dimana dia bisa manghalau dua harimau demi
menyelamatkan dia dan buruannya. Benar-benar Gila... mimpi yang menjadi isyarat
nyata.
lumayan ...wkwk
BalasHapusIni cerita yg kubuat 2 hari sebelum kejadian nyatanya
BalasHapus