Indonesia, negeri yang sangat mudah menerima budaya asing dengan segala lini kehidupan dan lika-liku terjadinya budaya itu, nampak sangat kontras dengan prinsip negara yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara ketimuran, akan menyaring semua budaya asing yang masuk dan hanya akan menerapkan yang sesuai dengan budaya Indonesia.
Pada masa
kini, kalau kita lihat dengan seksama, maka kita akan mendapati fakta yang
sangat mencengangkan, yaitu banyak gadis perawan (anak SMP - SMA) yang
merelakan dirinya masuk dalam sebuah kalangan "SOSIALITA", dengan
memproklamirkan diri mereka sebagai ABG sosialita.
Dulu,
sosialita berarti seorang kaya yang dermawan dan banyak menghabiskan waktunya
untuk menyisihkan kekayaannya mengurus masalah-masalah yang dapat membantu
orang lain, dengan arti kata lain mereka adalah orang yang "aktif secara
sosial"
Sekarang, sosialita adalah orang yang sangat kaya (biasanya karena warisan) yang aktif secara sosial dalam konteks berpesta pora, foya-foya, berkumpul dengan sejumlah konglomerat kaya anjing lainnya dan mendapat cakupan perhatian yang cukup besar dari media, secara frekuensi aktif secara sosial dalam rangka menolong orang-orang yang kurang beruntung menjadi lebih dan sangat sangat kecil, hanya sekadar menjaga citra mereka yang disembunyikan dalam multi-muka, yang menjadikan mereka "Seseorang" yang sebenarnya "bukan siapa-siapa". Biasanya saking kayanya mereka, para sosialita tidak memiliki pekerjaan, atau pekerjaan yang digelutinya hanya ecek-ecek, tetapi entah bagaimana duit dapat mengalir terus. Lalu apa pekerjaan mereka?
Lalu,
sekarang apa kegiatan mereka?
Ternyata, mereka mempunyai kegiatan
yang menurut mereka adalah "Have Fun", dengan kehidupan glamour dan
bersenang-senang dengan dunia mewahnya, "Pacaran" gaya mereka dengan
melakukan "KNPI" yang diamankan dengan sebuah alat
"Pengaman" demi terhindarnya dari HIV AIDS. Mereka dengan sukarela
memberikan kegadisan mereka kepada pacarnya, tanpa ada imbalan, seolah-olah
hanya memburu kesenangan semata, atas dasar suka sama suka, atau mereka kadang
menjajakan diri mereka kepada "OM-OM BOS BESAR, PENGUSAHA JABLAY (Karena
sering bepergian) atau PEJABAT (Suka dinas LIAR) .
Dalam
kehidupan mereka, berganti pasangan dengan setiap pergantian melakukan
"Intercourse" sudah hal yang biasa, bahkan mereka dengan bangga
memberitahukan status mereka yang sudah tidak perawan lagi, dan juga bangga
memberitakan hubungan mereka dengan pacar-pacarnya, apapun yang telah dilakukan
dan masih banyak yang lainnya.
Kalau kita
telisik lebih dalam, apa beda mereka dengan PSK?
Secara
fisik, mereka tidak berbeda sama sekali, secara harfiah atas kegiatan mereka,
mereka juga tidak berbeda. Lalu, apakah yang membedakan mereka?
Satu yang
sangat jelas dan mudah untuk membedakannya adalah, PSK atau nama kerennya
adalah WTS, mereka melakukan semua itu demi mengejar uang, dengan transaksi
yang mereka lakukan sebelum melakukan hubungan "Intercourse", dengan
menetapkan tarif mulai dari kelas "Tikar" sampai Kelas "Hotel
bintang 5", dengan berbagai cara menawarkan jasa mereka, baik melalui
transaksi secara langsung dengan menjajakan diri di jalanan sampai menawarkan
diri melalui media online baik jejaring sosial maupun melalui PIN BB. Berbeda
dengan ABG Sosialita, mereka hanya akan memberikan secara sukarela kadang tanpa
ada imbalan uang sebagai bentuk transaksi mereka, setiap pergantian pacar,
mereka akan melakukan hal yang sama dengan yang pernah dilakukan sebelumnya.
Jika mereka melakukan dengan "OM-OM", mereka biasanya akan dihadiahi
dengan barang mewah sebagai uang tutup mulut, agar mengamankan para
"HIDUNG BELANG" itu dari jeratan hukum dan pasangan mereka.
Jika
keduanya akhirnya melakukan "Intercourse" pada setiap hubungannya,
lalu apa beda ABG Sosialita dengan PSK?
Apa yang
penulis pikirkan mungkin juga sama dengan yang pembaca pikirkan, "LEBIH
BAIK MANA ANTARA PSK DAN ABG SOSIALITA?", dan "KALAU PSK DILARANG,
KENAPA PEMERINTAH TIDAK MELARANG ABG SOSIALITA?"
Apakah
mereka (Pemerintah) dan wakil rakyat (DPR) juga menyetujui adanya gelombang
budaya SOSIALITA, ataukah mereka juga melaksanakan pola kehidupan sosialita?
Kehidupan
sosialita selalu berhubungan dengan kemewahan dunia, kehidupan glamour dengan barang-barang
mewah mereka.
Pejabat
dengan DPR apakah kehidupannya juga tidak bermewahan? Jika mereka bergaya hidup
mewah, apakah mereka juga masuk dalam dunia sosialita?
Terserah
kepada pembaca yang menanggapi dan memberikan justice atas apa yang tertulis
pada blog ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar