Rabu, 25 Mei 2011

Faruk dan Rayap


Hari Minggu yang cerah. Faruk bepergian ke hutan untuk berpiknik dengan guru dan teman-teman sekelasnya. Setibanya di sana, mereka mulai bermain petak umpet.
Tiba-tiba, Faruk mendengar sebuah suara menjerit, “Hati-hati!” Faruk mulai melihat ke kanan dan ke kiri, tak pasti darimana suara itu berasal. Namun, tak seorangpun di sana. Kemudian, didengarnya suara yang sama. Kali ini, suara itu berkata, “Aku ada di bawah sini!” Tepat di sebelah kakinya, Faruk melihat seekor serangga yang tampak mirip sekali dengan semut.

Senin, 23 Mei 2011

Jas Merah


Jum’at pagi dari kota kelahiranku, Kertosono, kami berangkat ke Blitar, dimana kami akan mengikuti PORDA, dengan mengendarai bus bersama rombongan. Ditengah perjalanan aku (Tejo, itu namaku) teringat seorang teman di Blitar, namanya Elle Rina….., tapi dia akrab kupanggil Rina.
“Ah, alangkah asyiknya kalo ku kabari Rina agar dapat berjumpa dengannya”, gumamku lirih…, sudah 8 tahun kami tidak ketemu. Rina adalah seorang sahabat yang paling ku sayangi, dia sudah berkeluarga, suaminya bernama Sony, dengan dua buah hati mungil bernama  Aura dan Aulia, semua cewek.
Tanpa pikir panjang akupun mengambil HP ku, lalu kucari nomor telepon Rina, ku call dia.
“Halo, apa kabar Rin?”, aku memulai pembicaraan dalam telepon, dia menjawab, “Baik, ada apa kok tumben call aku?.

Atheis


Ada seorang pemuda yang sudah lama sekolah di negeri paman Sam kembali ke tanah air, sebut saja Theo. Dia adalah orang yang tidak percaa akan adanya Tuhan. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua Theo mendapatkan orang tersebut, sebut saja namanya Abdullah.
Theo: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Abdullah: Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda
Theo: Anda yakin? bahkan Profesor Theologi dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya ini, tidak salahkah kamu berkata seperti itu?”.

Pengembara

Pada suatu pagi, datanglah seorang pemuda dari negeri seberang, namanya Umar, dia berpikir alangkah indah negeri ini, dengan keindahan ciptaan Tuhan yang tak ternilai harganya. Di lain pihak ada seorang lokal yang bekerja di sebuah perusahaan swasta terkenal, namanya Arif.

Pada pagi itu, kebetulan mereka bertemu di jalan. Mereka diam, karena merasa asing satu sama lain. Lalu, selang beberapa saat, akhirnya mereka mencoba untuk bercakap-cakap.

“Assalamu’alaikum...!”, sapa Arif.

“Wa’alaikum salam”, Umar menjawab dengan singkat, seolah-olah masih kikuk untuk berbincang dengan orang yang baru saja dilihatnya.

Sabtu, 21 Mei 2011

OSPEK Cinta


Pada sabtu pagi, “Tejo…., kamu dipanggil kak Rina!”, kata teman satu reguku, namanya Iwan. Kutoleh Iwan, dalam hatiku, ada apa lagi ini, kenapa aku dipanggil Rina, seorang kakak tingkat yang terlihat smart, manis dan sedikit angkuh.
“Ada apa? Hanya aku yang di panggil?”, tanyaku kepada Iwan, kemudian Iwanpun menjawab, “Iya, kamu thok “ (dengan logat Jawa yang khas, maklum, dia penduduk local). “cepet lho!”, sahutnya lagi.
Dengan bergegas akupun segera menghampiri Rina, yang saat itu terlihat sangat manis dengan baju pink kotak-kotaknya. Oh iya, ampe lupa, kejadian ini terjadi pada bulan Agustus di salah satu kampus di Solo waktu awal kuliah, OSPEK, ajang balas dendamnya kakak tingkat (menurutku).

Jumat, 20 Mei 2011

Laila Majnun, Part 2


Dengan berurai air mata, Majnun menuduh orang-tuanya dan sahabat-sahabatnya sebagai berlaku kasar dan kejam kepadanya. Ia menangis sedemikian hebat hingga akhirnya jatuh ke lantai dalam keadaan pingsan. Sesudah terjadi petaka ini, ayahnya memutuskan agar Qais dikirim untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah
dengan harapan bahwa Allah akan merahmatinya dan membebaskannya dari cinta yang menghancurkan ini.
Di Makkah, untuk menyenangkan ayahnya, Majnun bersujud di depan altar Kabah, tetapi apa yang ia mohonkan? “Wahai Yang Maha Pengasih, Raja Diraja Para Pecinta, Engkau yang menganugerahkan cinta, aku hanya mohon kepada-Mu satu hal saja,”Tinggikanlah cintaku sedemikian rupa sehingga, sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku tetap hidup.” Ayahnya kemudian tahu bahwa tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk anaknya.

JANGKRIK Vs UANG


Seorang  Seniman  tua bernama Rejo  bertemu   dengan  sahabat  karibnya  yang   kini  menjadi konglomerat kaya, Harto. Sudah  sekian puluh tahun  mereka tidak saling  berjumpa. Kini mereka memutuskan untuk menghabiskan hari itu dengan berjalan kaki  mengelilingi kota sambil mengenang persabahatan mereka di masa kanak-kanak dulu. 
Tanpa  kenal lelah mereka berjalan, bertukar pengalaman dan bersenda gurau. Hari pun beranjak petang. Mereka tiba di  sebuah pasar malam yang  ramai penuh dengan lalu  lalang pengunjung. Tiba-tiba  Rejo  berhenti, terdiam  terpaku. Bibirnya tersenyum. Matanya terpejam, seakan menikmati sesuatu. Rekannya, Harto,  terheran-heran melihat  kelakuan Rejo. "Ada  apa?" tanyanya.
 "Sst, tidakkah  kau  mendengar suara  yang  indah ini?"  tanya  Rejo.

BOSAN?


Ini sebuah cerita ringan tentang kebosanan.  Seorang  tua yang bijak  kedatangan seorang tamu, kemudian ditanya oleh  tamunya.
Tamu: "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"
Pak Tua: "Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya  rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."
Tamu: "Kenapa kita merasa bosan?" 
Pak Tua: "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."
Tamu: "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

BOLA KEHIDUPAN


Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita harus memainkan keseimbangan 5 buah bola yang dilempar ke udara.
Seperti dalam petuah orang jawa ada sedulur papat limo pancer, semua saling berhubungan dan saling berinteraksi sehingga harus bersinergi dan dalam keseimbangan. Kelima bola tersebut adalah: 1). Pekerjaan,  
2). Keluarga 
3). Kesehatan 
4). Teman dan ke-  
5). Spirit.

Cinta, Sukses dan Kaya


Alkisah, Suatu ketika , ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah,dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk  di halaman depan. Wanita itu tidak  mengenal mereka semua. Wanita itu berkata, " Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang  lapar. Mari masuk  ke dalam, aku  pasti punya sesuatu  untuk mengganjal perut. 
Pria berjanggut  itu lalu  balik bertanya,  " Apakah  suamimu sudah pulang ?  " Wanita itu  menjawab, " Belum,  dia sedang keluar. 
" Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk.  Kami akan menunggu sampai suamimu  kembali", kata pria itu.

Kamis, 19 Mei 2011

Laila Majnun, Part 1

Seperti masa-masa sebelumnya, apakah kita dapat mengenali diri kita lebih jauh?

Coba kita bercermin pada kisah Laila Majnun berikut ini.


Alkisah, seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiIiki segala macam yang diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Tabib-tabib di desa itu menganjurkan berbagai macam ramuan dan obat, tetapi tidak berhasil. Ketika semua usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt memberikan anugerah kepada mereka berdua. “Mengapa tidak?” jawab sang kepala suku. “Kita telah mencoba berbagai macam cara. Mari, kita coba sekali lagi, tak ada ruginya.”

Saat Prapti pergi

Suatu ketika, Galuh mengajak Prapti menemui Tejo di sebuah rumah makan, di sekitar tempat wisata alam. Mereka akhirnya memutuskan untuk m...